ISTIQOMAH
Rasa dongkol dirasakan
Pengurus Pondok Pesantren Salaf Al Fath yang terletak di Sidomulyo, Rejosari,
Bandongan, Magelang. Tepatnya 2 km dari jalan raya Bandongan-Windusari yang
didirikan pada tahun 1923 oleh Kyai Mustafid. Pesantren Al Fath memiliki 200
santri yang positif menetap di dalamnya, 100 santri putra dan 100 santri putri.
Misbah sebagai ketua pesantren saat itu hendak sowan menghadap pengasuh pondok
pesantren dengan membawa sebuah blocknote, lembar stopmap berisi lembar kertas
daftar santri dan sebuah lembar catatan.
“Assalamu’alaikum”
salam misbah sebagai awal persowanannya kepada pengasuh di ruang tamu kediaman
pengasuh pesantren. Tampak jelas dari ruang tamu yang beralas karpet hijau
dengan tembok warna putih dan berkaca 2x1 m itu, seseorang dengan tinggi badan
175 cm sedang berjalan menuju ruang tamu hendak menemui misbah seraya menjawab
salam yang diucapkan misbah “Wa’alaikumussalam” jawaban dengan suara besar dan
berwibawa itu adalah suara pengasuh pesantren. KH. Nurman, S.Ag, itulah nama
besar yang dihormati di wilayah sidomulyo, pengasuh pondok pesantren al fath.
Sebagai perangai yang berpengaruh di lingkungannya, KH. Nurman, S.Ag lebih
akrab dengan sapaan Kyai Nur. Semenjak beliau berumur 29 tahun yang lalu,
beliau telah mengasuh pondok pesantren. Saat itu beliau menjadi pengasuh
pesantren termuda di kabupaten magelang. Kini Umur kyai nur telah mencapai 53
tahun, dan telah 24 tahun kyai nur mengasuh pondok pesantren ditemani sang
istri yang setia, Nyai Laila Nurman, S.Pd.I. pasangan itu diberi amanah untuk
merawat buah hati 3 putra, yang semuanya telah menjalani kehidupan
sendiri-sendiri di lingkungan masing-masing yang amat jauh dengan tempat kyai
nur menetap. Putra pertama Sofi menetap di wonosobo bersama dengan putra kedua
nisfi, yang kedua-duanya memperoleh pasangan penduduk wonosobo, sedangkan putra
ketiga Mahsun Nurman sedang menempuh studi di Jogjakarta dan rencana akan
menetap di sana karena sudah mempunyai pandangan untuk berpasangan dengan
penduduk setempat.
Situasi hening
di kediaman kyai nur itu diawali dengan pertanyaan kyai “Ada apa misbah?”
misbah yang sedang duduk termenung menghadap stopmap dan beberapa lembar kertas
bermaksud matur kepada pengasuh. Namun perasaan khawatir, takut yang menghantui
misbah karena kyai nur kurang lebih 2 minggu yang lalu baru saja sembuh dari
sakitnya. Selain itu, takut yang menghantui misbah dikarenakan permasalahan
yang sudah tertulis di bukunya akan menjadi beban yang berat bagi kyai nur.
Namun belum sempat misbah matur kepada kyai nur, betapa kagetnya misbah ketika
kyai nur langsung mengambil stopmap yang dibawanya dan membaca lembar demi
lembar kertas yang ada di dalamnya. Ketika kyai nur membaca lembar terakhir
dari seluruh lembaran yang dibawa misbah itu, beliau kaget dan berkata “Masya
Allah” dan menutup kembali stopmap yang ada pada kedua tangannya, dan
memberikan perintah kepada misbah untuk melaksanakan apa saja yang ada dan
tertulis pada lembaran-lembaran yang dibawa misbah. Lembar-lembaran yang dibawa
misbah menghadap kyai nur adalah lembaran-lembaran hasil musyawarah pengurus
pondok pesantren putra al fath. “sendiko dawuh abah!” jawab misbah dengan rasa
hormat dan ta’dzim kepada kyai nur. “Namun maaf abah, apabila kami melaksanakan
apa yang telah tertulis dan menjadi kesepakatan pengurus ini, maka…..” misbah
kembali matur. Perintah Kyai nur “tidak apa-apa, ini demi nama baik pondok
pesantren, nama baik pengurus, dan seluruh penduduk sidomulyo umumnya. Mantab
saja, dengan membaca basmalah laksanakan yang telah menjadi keputusan
musyawarah, pasti Allah akan memberikan petunjuk ke jalan kebaikan, dan
senantiasalah mengharap ridlaNya sehingga ilmu kalian dapat berguna dan
bermanfaat di suatu hari kelak, terutama pada santri yang tertera dalam daftar
yang kamu bawa itu.” Misbah mengiyakan seluruh dawuh kyai nur, misbah kembali
mengaturkan salam perpisahan karena persowanan telah usai seraya pamit kembali
ke pondok untuk menindak lanjuti apa yang telah baru saja disowankan kepada
pengasuh.
Setiba di salah
satu ruangan pondok pesantren “panggilkan rohani!” perintah misbah kepada salah
satu santri untuk mencari rohani yang kebetulan rohani sedang pergi ke sawah
untuk mencangkul ladang milik salah satu penduduk dusun sidomulyo. “Maaf, kang
misbah. Rohani sedang ke sawah mencangkul lahan milik pak broto penduduk
sidomulyo!” jawab santri yang diperintah tadi kepada misbah. Namun misbah tidak
menghiraukan jawaban itu, dan memerintahkan santri itu untuk memanggil rohani
yang masih di sawah untuk kembali ke pondok pesantren karena misbah menyadari
permasalahan yang sedang dihadapi sangatlah penting dan perlu segera ditindak
lanjuti.
Setelah
menunggu beberapa waktu, terdengar suara dari luar komplek pesantren “Aku
Pulang kang misbah.” Suara rohani yang kelelahan. Rohani yang sibuker adalah
pengurus keamanan pondok pesantren al fath, yang sudah 10 tahun menetap di
pesantren. “mandi dulu, ada urusan penting yang baru saja aku sowankan.” Misbah
mengawali pembiacaarn dengan rohani. Langsung saja pria berumur 25 tahun dengan
tubuh kurus kering itu mandi.
Sehabis mandi
rohani langsung menghadap misbah dengan membawa sebuah buku jilidan berukuran
kwarto menuju kantor tempat misbah biasa menetap. Ketika rohani tiba di kantor,
sudah datang juga ditempat itu hakim pengurus pendidikan, mubarok pengurus
kegiatan, arif pengurus kebersihan yang semuanya telah membawa masing-masing
staf mereka. Pintu kantor tertutup dengan tulisan “SEDANG ADA RAPAT”. Situasi
hening dari luar, namun tampak dari luar di dalam sedang terjadi keributan
perbedaan pendapat antara masing-masing pengurus. Dua setengah jam kemudian
pintu kantor kembali terbuka, musyawarah telah dilaksanakan, hasil musyawarah
telah disepakati, dan segera delaksanakan.
Di suatu pagi
yang hening
“Krompyang…”
suara keras seperti gelas pecah terdengar dari dapur pesantren. “apa itu?”
Tanya sajid, santri asal temanggung kepada seluruh penghuni kamar 5 yang
kebetulan berdekatan dengan dapur. “gak tahu kang, coba kami lihat dulu ke
dapur” jawab salah satu penghuni kamar 5. “Kita kabur setelah seluruh penghuni
kamar 5 masuk ke dapur!” bisik johan asal semarang yang berada di dapur bersama
dengan adi. Mereka berdua sengaja memecahkan gelas yang berada di dapur karena
biasanya jika ada suara rebut-ribut, seluruh penghuni kamar 5 akan turun dan
jalan keluar area pesantren terbuka lebar. Ketika seluruh penghuni kamar 5
menghampiri dapur, kedua santri yang sengaja memecahkan gelas langsung bergerak
menuju pintu gerbang dan keluar area pesantren. Setelah keluar area pesantren,
johan sebagai pemimpin langsung menuju salah satu warung makan Sari Rasa di
daerah sidomulyo untuk jajan dan makan disana. “kita akan kemana hari ini?’
Tanya johan kepada adi. “terserah kamu saja kita mau kemana.” Jawab adi dengan
santai. “OK, kita bahas nanti saja, yang penting kita sarapan dulu.” Lanjut
johan memantabkan adi yang diajak kabur bersamanya.
Johan adalah
santri muda asal semarang, umur 18 tahun dengan tinggi badan 170 cm adalah
santri yang sering bikin ulah di pesantren dan sering melanggar peraturan
pondok pesantren. Mulai dari pelanggaran kecil yaitu sering keluar tanpa ijin,
pulang tanpa pamit, mencuri beras milik teman, ghosob barang milik teman,
maupun pelanggaran besar seperti mengintip santri putri yang sedang mandi,
mencuri barang milik penduduk setempat, pulang menginap di rumah tanpa ijin,
dan pacaran baik dengan santri setempat, penduduk setempat ataupun santri dari
pondok peantren lain. Sedangkan adi adalah santri seangkatan johan, berasal
dari temanggung, umur 18 tahun dengan tinggi badan 165 cm. adi adalah santri
yang pendiam, pintar, suka belajar dan tanggap dalam kegiatan namun gampang
terpengaruh. Pihak pengurus sudah mengetahui sejak lama tentang seluk beluk
johan yang begitu buruk, namun dari pihak kepengurusan khawatir akan keadaan
jika menindaklanjuti johan, karena johan selain terlahir dari keluarga yang
besar, juga masih kerabat dengan kyai nur serta masih memiliki garis dengan
sesepuh pondok pesantren di semarang, tempat johan dilahirkan.
Keadaan warung
makan Sari Rasa yang nyaman di pagi hari itu menjadi keruh, gaduh dan ramai
setelah 15 santri mendatangi warung makan yang bermaksud untuk mencari johan
dan adi. “maaf bu, apakah tadi ada 2 santri, yang satu dengan baju koko putih
dengan sarung warna hitam polos, dan yang satu lagi memakai baju batik dan
sarung coklat yang jajan kesini?” Tanya salah satu santri yang datang ke warung
makan. “belum ada santri yang jajan kesini, cuman tadi itu ada 2 orang yang
jajan kesini, tapi sepertinya bukan santri pesantren al fath. Soalnya yang satu
orang memakai kaos pendek warna hitam dengan celana jeans hijau tua, dan yang
satu lagi memakai baju kotak-kotak, bertopi dan celana jeans hitam dan
bersepatu.” Jawab pemilik warung makan sari rasa dengan tegas kepada santri
yang berdatangan ke warung makannya yang terletak 1 km dari pesantren al fath.
Memang begitulah ulah Johan dan adi, setengah km dari pesantren mereka mampir
kerumah salah satu penduduk dan meminjam pakaian disana hingga tidak ada yang
tahu kalau mereka adalah santri. Pulang dengan tangan hampa, itulah hasil
pencarian 15 santri yang datang ke warung makan sari rasa yang tidak mendapati
johan dan adi jajan disana. Sesampai di pesantren sauqi, salah satu santri yang
ikut mencari, melaporkan hasil pencarian kepada rohani dan misbah “Maaf kang,
kami tidak menemukan johan dan adi, kami sudah 1,5 km berjalan ke seluruh
penjuru namun johan dan adi tidak ditemukan”. “Tidak apa-apa, kita tunggu saja
sampai nanti malam. Mau tidak mau pasti mereka pulang ke pesantren” jawab
misbah menenangkan suasana kamar 5 yang sedang gaduh karena uang 50.000 milik
salah satu penghuni ditilas habis oleh johan.
Malam telah
tiba, kurang lebih 50 santri siap-siap menyambut kehadiran johan dan adi yang
sudah 15 jam tidak kelihatan di area pesantren. 03.00 dinihari situasi
pesantren masih ramai dalam kesunyian, ramai karena masih banyak santri yang
begadang, sunyi karena begadang mereka tanpa bicara masing-masing santri
menunggu di setiap pojokan area pesantren. 5 santri di pintu gerbang, 5 santri
di kamar 5, sebagian lain berjaga di kamar masing-masing, dan sebagian yang
lain menunggu di kantor pesantren. Namun hingga waktu subuh tiba johan dan adi
belum juga menampakkan batang hidungnya.
Waktu subuh
telah tiba, suara adzan subuh telah dikumandangkan. 50 santri yang terlelap
tidur dibangunkan oleh santri yang begadang, masing-masing santri telah siap
untuk melaksanakan shalat jama’ah subuh. Tersisa 5 orang santri yang ditugaskan
untuk menjaga pintu gerbang pesantren. Setelah usai shalat subuh, giliran jaga
pintu gerbang diganti santri lain sedangkan 5 santri penjaga pintu gerbang
melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Hingga pukul 08.00 WIB johan dan adi
belum juga menampakkan batang hidungnya.
“Panggilkan
misbah!” perintah kyai nur memanggil misbah untuk segera menghadap. Tak lama
kemudian misbah segera menghadap pengasuh. “baru saja aku menerima telephone
dari orang yang tidak aku kenal, kamu dan bendahara disuruh untuk datang ke
rumah adi di temanggung.” Perintah kyai nur pada misbah yang masih kelelahan
karena semalam begadang menunggu kedatangan johan dan adi. Tanpa banyak Tanya
misbah mengiyakan perintah pengasuh sembari pamit kembali ke pondok dan
bermaksud mengajak bendahara pesantren untuk datang ke rumah adi. “Yakub, aku
baru saja dipanggil abah supaya mengajak kamu sowan ke rumah orang tua adi di
temanggung” ajak misbah kepada yakub yang menjadi bendahara pesantren. Rasa
penasaran masih menghantui yakub “Memang ada apa kang? Apa kita harus bawa
bekal uang untuk sowan kesana?” Tanya yakub kepada misbah. Misbah berfikir
sejenak, meski tidak tahu ada acara apa di rumah adi namun misbah memutuskan
untuk pergi kesana dan membawa beberapa rupiah.
Waktu berjalan,
tempat demi tempat telah dilalui misbah yang membonceng motor Suzuki Shogun
125cc. setiba di perbatasan magelang-temanggung misbah bertanya kepada salah
satu warga setempat alamat adi yang berada di tembarak. Setelah mengetahui
alamat adi yang berlokasi di tembarak, mereka berdua melanjutkan perjalanan
menuju rumah adi. Sesampai di pinggir jalan dusun tembarak, misbah bertanya
kembali kepada penduduk setempat “Apakah benar ini dusun tembarak?”. “benar,
ingin ke tempat siapa njeh? Terus mas-mas berdua ini dari mana?” Tanya salah
satu warga tembarak. “Kami dari pesantren al fath rejosari bandongan, bermaksud
sowan ke rumah adi salah satu santri yang mencari ilmu di pesantren al fath.”
Jawab yakub. Kemudian penduduk tembarak itu memberikan petunjuk arah kepada
misbah dan yakub menuju rumah adi. Namun alangkah kaget hati misbah dan yakub
ketika mereka berdua melihat bendera putih tertancap di depan rumah adi dan
begitu banyak orang berkerumun mengelilingi sebuah jenazah tertutup kain kafan
di depan rumah adi yang berdekatan dengan masjid dusun tembarak. “Ada apa?
Siapa yang wafat?” gumam misbah dan yakub yang baru saja memparkir sepeda motor
tak jauh dari rumah adi.
“Assalamu’alaikum”
salam sapa misbah mengawali pertemuan di kerumunan itu. “Wa’alaikumussalam”
jawab salah satu warga yang berada di tempat kerumunan. Kemudian mereka berdua
dipersilakan masuk ke rumah adi, pembicaraan berlanjut di dalam rumah adi. Rasa
sesal, kaget, dan tak tenang menghantui misbah dan yakub setelah mereka
mengetahui bahwa jenazah yang tertutup kain kafan di depan rumah itu adalah
jenazah temannya, Adi. Tak terasa air mata kedua santri terus mengalir hingga
di depan rumah dan membuka jenazah adi yang terbujur kaku dan sudah membiru dengan
luka di sekitar badan.
“kenapa bisa
begini pak? Tolong siapa saja yang tahu kejadian ini ceritakan pada kami yang
sebenarnya!” Tanya misbah yang masih mengalirkan air mata. Tidak ada warga yang
menjawab, hanya isak tangisan mereka yang menjawab pertanyaan misbah. Wasno,
kakak adi datang dan mengajak misbah masuk ke rumah tetangga adi untuk diberi
tahu kejadian yang sebenarnya. “Begini kang, tadi malam aku menerima telephone
dari Rumah Sakit Temanggung untuk segera menjemput jenazah yang baru saja
diterima dari polsekta temanggung.” Wasno mengawali perbincangan. “Terus aku
bertanya kepada pihak rumah sakit ‘memang siapa yang tiada bu?’, pihak rumah
sakit memberikan kabar ‘yang tiada adalah Adi Kurniawan bertempat tinggal di
dusun tembarak temanggung, sesuai dengan KTP yang ada di dompetnya. kami terima
jenazah dari polsekta temanggung’. Tanpa berpikir panjang kami langsung
menjemput jenazah adi di rumah sakit. Dan ternyata adi kemarin sekitar pukul
16.30 tertabrak truk jurusan temanggung-semarang di daerah pasar temanggung…..
dan…. Ihik…ihik…”. Tanpa bicara lagi wasno meninggalkan ruangan, sedang misbah
masih terpaku di dalam. Sembari menangis, misbah berfikir jangan-jangan johan
juga seperti keadaan adi. Karena polisi hanya menemukan jenazah adi saja. Rasa
was-was dan khawatir timbul di hati misbah.
Usai sudah
tersowanan misbah dan yakub ke rumah orang tua adi. Mereka kembali ke pesantren
dengan dihantui rasa khawatir tentang johan. Misbah dan yakub tidak langsung
kembali ke pesantren, namun langsung sowan menghadap kyai nur. “Sudahkah kalian
sowan ke rumah adi di temanggung?” Tanya kyai nur setiba misbah dan yakub ke
ruang tamu kediamannya. “Alhamdulillah kami sudah sowan ke rumah orang tua mas
adi, dan maaf akan kami sampaikan hasil persowanan kami ke rumah adi.
Innalillahiwainna ilaihi roji’in kami haturkan sebelumnya, karena ternyata mas
adi kurniawan telah tiada. Menurut berita yang kami dapat bahwa mas adi tiada
karena tertabrak truk jurusan temanggung-semarang di daerah pasar temanggung.
Jenazah mas adi diambil di rumah sakit temanggung setelah diserahkan oleh pihak
polresta temanggung.” Jawab misbah kepada kyai nur. “Innalillahiwainna liaihi
roji’un, terus bagaimana dengan johan?” lanjut kyai nur menyanggah laporan
misbah. “untuk kabar johan kami belum mengetahui, karena di tempat adi, johan
tidak ada di sana. Kami khawatir kalau johan juga mengalami kejadian yang
sama.” Lanjut misbah melaporkan. “jangan berkata seperti itu, berdoa saja
semoga johan baik-baik saja dan mungkin dapat kembali ke pesantren!” sanggah
kyai nur. Misbah yang tertunduk hanya dapat berkata amien sebagai balasan doa
atas perkataan kyai nur. Berlanjut misbah undur diri pamit kembali ke
pesantren, dengan terbeban berjuta pertanyaan tentang keadaan johan.
Setiba di area
pesantren “Masya Allah..” perkataan misbah yang kaget mengetahui johan yang
sudah tertunduk malu di kantor pesantren dengan dihadapi beberapa personil
pengurus. Setelah dihadapi beberapa pengurus, dapat diketahui kepergian johan
dan adi kemana saja. Ternyata johan dan adi bermaksud pergi 3 hari 3 malam
untuk pulang ke rumah johan yang ada di semarang. Proses persidangan johan
dimulai dengan pertanyaan misbah “johan, berapa tahun kamu menetap di sini?”
jawab johan “4 tahun kang”. Dilanjutkan pertanyaan misbah “Kamu tahu akibat
kepergian kamu bersama adi?”. “tahu, adi tiada..ehk, ehk, ehk” jawab johan
dibarengi isak tangis penyesalan teman dekatnya telah tiada. Misbah menyela
dengan jawaban “Bukan itu, adi tiada sudah kehendak Allah. Namun yang lebih serius
lagi kamu bisa membuat nama pesantren al fath menjadi jelek, kyai nur tak lagi
dihormati, dusun sidomulyo menjadi buruk, dan santri tak lagi dipercaya.”
Selama 3 jam proses persidangan dilaksanakan dengan beberapa pertanyaan yang
bermacam-macam dari masing-masing pengurus dan dengan beberapa jawaban yang
dikeluarkan tanpa paksaan dari johan.
Hasil akhir
dari persidangan adalah bahwa johan harus dikeluarkan, atau jika tidak
dikeluarkan maka selama 9 tahun ia harus mengabdikan diri pada pesantren. Mulai
dari bersih-bersih sampai mengajak teman dalam segala kegiatan, jika johan
masih membelok maka ta’zir akan ditambah menjadi 15 tahun. Hukuman/ta’zir
seberat itu ditimpakan kepada johan karena point pelanggaran yang begitu berat
telah dilakukan johan. Terdapat beberapa poin yang didapati dalam persidangan
yaitu:
1.
Jum’at, Januari
2008: Mencuri Uang Sahal Sebesar Rp. 5.000,-
2.
Sabtu, Maret
2008: Mencuri Uang Milik Adi Rp. 40.000,-
3.
Sabtu, Juni
2008: Pacaran Dengan Gadis Dusun Sebelah
4.
Sabtu Kedua
Juni 2008: Mencuri Uang Milik Santri Putri Sebesar Rp. 450.000,-
5.
Ahad Juni 2008:
Mencuri Pakaian Milik Santri Putra Dan Putri Yang Kemudian Dijual Dengan
Membuahkan Hasil Sebesar Rp. 650.000,-
6.
Senin Juni
2008: Mencuri Panenan Warga Sidomulyo Berupa Buah Durian, Yang Sebagian Dimakan
Di Tempat Dan Sebagian Dijual Dan Menghasilkan Rp. 300.000,-
7.
Selasa Juli
2008: Pergi Ke Magelang Dan Menginap Di Magelang Selama 4 Hari Tanpa Ijin
8.
Rabu Juli 2008:
Nonton Dangdut Dan Sejumlah Tontonan Di Magelang Bersama Adi
9.
Sabtu Juli
2008: Mencuri Uang Milik Sajid Sebesar Rp. 50.000,-
10. Senin Juli 2008: Mencuri Uang Milik Masrur Rp. 90.000,-
11. Selasa Agustus 2008: Mencium Santri Putri, profokator tidak jama’ah
12. Rabu Agustus 2008: Mencuri Uang Koperasi Rp. 550.000,-
13. Sabtu Desember 2008: Berkencan Dengan Warga Kota Magelang
14. Senin Maret 2009: Mencuri Uang Warga Sidomulyo Rp. 1.000.000,-
15. Rabu Agustus 2009: pulang menginap 5 hari di rumah tanpa pamit
16. Terakhir selasa desember 2009: pergi bersama adi tanpa ijin
Mulai tahun
2010 johan mengabdi di pesantren al fath, setiap pagi sehabis jama’ah subuh
tanpa basa basi dan tanpa ajakan siapapun ia pergi ke kantor ruang pengurus
kebersihan dengan maksud mengambil sapu yang akan digunakan untuk membersihkan
seluruh lantai pesantren dan keidaman kyai nur. Johan tidak memperdulikan
ucapan teman-temannya yang selalu mengejek dengan perubahan yang terjadi
padanya, ia hanya berprinsip pada “Nderek Dawuh Kyai”, mematuhi perintah kyai
sudah melekat pada jiwanya dan tertancap di dadanya. Karena meski hukuman
ditetapkan oleh pengurus pesantren, namun johan yaqin kalau ta’ziran yang
ditimpakan padanya adalah ta’ziran yang telah diridloi kyai nur.
Setahun telah
berlalu, johan yang selalu rajin dengan pekerjaan berat kini sadar akan pentingnya
ilmu. Selama ia menetap di pesantren, belum pernah ia merindukan keindahan ilmu
seperti yang dirasakannya sekarang. Malam itu, johan yang badannya semakin
mengurus menghadap kyai nur dengan maksud untuk menghafal alquran. Kyai nur
terkejut dan merasa bersyukur atas perubahan yang terjadi pada johan. Kyai nur
dengan sangat ikhlas meridloi niat baik johan yang begitu mulia dan memberikan
perintah pada johan “Segera saja kamu amalkan apa yang kamu niatkan! Dan kalau
boleh tahu kenapa kamu ada niat seperti itu?” johan yang menahan malu
berhadapan dengan pengasuh menjawab dengan suara lirih penuh rasa hormat “Saya
tidak tahu kenapa saya berkeinginan seperti itu, hanya saja hati kecil saya
serasa memerintahkan saya untuk melakukan hal itu.” “Namun perlu diingat,
sebelum kamu menghafal alquran, bersihkan hati kamu dari segala rasa yang dapat
memburukkan hati, aku meridloi niat kamu yang begitu mulia. Karena tidak aku
sangka santri seperti kamu yang dulunya selalu melakukan pelanggaran pesantren,
kini berkeinginan meninggikan derajat seluruh warga pesantren.” “Njeh, sendiko
dawuh bah.” Jawab johan sembari mengeluarkan butiran air mata karena terharu
dengan perkataan kyai nur yang sangat menyentuh jiwa johan.
Berawal dari
persowanan johan, kini johan yang sigap dan tanggap melakukan pekerjaan berat
kini disela-sela kesibukannya, ia menghafal ayat-ayat Allah yang mulia. 4 tahun
kemudian tuntaslah johan dari penghafalan yang selalu diwiridkan setelah
menyapu, setelah memasak, setelah shalat, dan setelah mujahadah. Kini saatnya
johan untuk sowan menghadap kyai nur dengan membawakan hasil yang telah
dicarinya sejak 4 tahun yang lalu. “Assalamu’alaikum” salam johan terdengar
girang di depan kediaman kyai nur. “Wa’alaikumussalam” jawab kyai nur dari
dalam ruang makan menuju ruang tamu untuk menemui johan sembari bertanya “Ada
apa johan?”. Johan yang girang tak tahan atas kegembiraan yang dialaminya
menjawab pertanyaan kyai nur “Alhamdulillah bah, usai sudah ikhtiar saya dalam
menghafal alquran sejak 4 tahun yang lalu. Maksud sowan saya adalah saya mohon
agar abah dengan ikhlas mendoakan saya agar ilmu saya bermanfaat di dunia dan
akhirat, selain itu saya bermaksud untuk tasyakuran atas keberhasilan saya
menghafal alquran. Kalau diperbolehkan saya akan memberikan kabar berita yang
baik ini kepada orang tua saya yang berada di semarang, dan saya minta mereka
untuk rawuh kesini dan mendoakan saya.” Pinta johan kepada kyai nur. Kyai nur
yang arif itu mengiyakan permintaan johan, sembari mengulurkan tangan yang
berada di atasnya sebuah HP Nokia N70, kyai nur berkata “Hubungilah orang tua
kamu dengan hpku, kamu masih hafal nomor orang tua kamu to? Dan mintalah mereka
rawuh kesini dan tasyakuran bersama, hemhem.” Namun alangkah kaget hati johan
ketika ia menghubungi orang tuanya yang berada di semarang, bu mursinah, ibu
kandung johan telah tiada sedangkan ayahnya merawat jenazah sang ibu sehingga
dalam waktu dekat tidak dapat sowan berkunjung ke pesantren al fath. “Maaf jo,
aku tidak bisa datang ke pesantren dan tasyakuran bersama. Aku harus merawat
jenazah ibu kamu. Semoga dalam waktu dekat ini aku bisa diberi kesempatan untuk
sowan silaturahim ke sidomulyo.” Kata sang ayah sambil menahan tangis sedih dan
bahagia. Kesedihan sang ayah karena ditinggal sang istri yang setia menemani
dalam suka dan duka serta tidak dapat melakukan tasyakuran bersama putranya di
pesantren, kebahagiaan karena mendapati putranya telah sukses dan berhasil
dalam menghafal alquran yang selama ini di idam-idamkan oleh keluarga johan.
Rasa sedih dan
duka menghantui johan karena belum bisa pulang untuk mengurus jenazah sang ibu,
hanya dapat berdoa dan berdoa dari ruang kamar berukuran 3x4 tempat ia menetap
di pesantren al fath. Semakin hari tubuh johan semakin kurus hingga 2 bulan
johan menderita penyakit yang tidak diketahui oleh dokter manapun. Hanya saja
dokter menganjurkan supaya johan lebih banyak istirahat, karena kemungkinan
besar johan yang sakit itu karena kebanyakan aktifitas dan kebanyakan fikiran.
Setelah sembuh dari penyakitnya johan kembali melakukan pekerjaan yang biasa
dilakukan, tak lupa juga hafalan alquran selalu ia jaga dengan sangat. Tahun
2017 adalah memo terbesar bagi johan, karena pada tahun itu tepatnya tanggal 01
Januari 2017 johan resmi diangkat menjadi salah satu anggota pendidik pondok
pesantren al fath. Bukan hanya sebagai tenaga pendidik di pesantren al fath,
namun johan yang kurus kering itu dinobatkan menjadi badal kyai nur ketika
beliau sedang berhalangan. Rasa senang, bercampur duka tersirat di wajah johan
ketika johan melanturkan bait-bait kitab dan beberapa lantunan ayat suci
alquran. Kebahagiaan johan karena terlalu lama johan melakukan kebejatan dan
terlalu banyak dosa yang telah dilakukan, sedang rasa senang yang dirasakan
karena hingga saat ini johan masih diberi nikmat untuk melantunkan indahnya
ayat suci Alquran yang ia idam-idamkan 7 tahun yang lalu.
Tak terasa 8
tahun telah berlalu “Alhamdulillah tinggal 1 tahun lagi aku sudah terbebas dari
ta’ziran ini, semoga apa yang aku lakukan dapat sebagai wasilah aku mendapat
barokah ilmu dari kyai nur” gumam johan sembari tersenyum membawa sebuah sapu
di depan masjid membersihkan lantai di pagi hari yang masih sepi itu. Beberapa
hari kemudian johan mendadak merasa dadanya sesak dan tubuhnya mulai kurus mengering.
1 tahun sudah johan tak lagi menjalani rutinitas seperti biasanya karena tubuh
kurus kering itu terbaring di rumah sakit. Tepat pada hari Jum’at 21 Januari
2018 pukul 08.00, bertepatan seperti tanggal awal masuk johan ke pesantren,
johan yang kecil itu dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa dengan bibir
tersenyum. “Innalillahiwainna ilaihi roji’un, Walhamdulillah” dua buah kata
yang keluar dari sekian banyak orang yang mengerumuni johan di rumah sakit,
hingga ditutup dengan perkataan kyai nur sebagai doa untuk johan “Semoga Ruh
Johan diterima di sisi Allah SWT dan digolongkan ke dalam arwah shalih.”
“Amien” jawab seluruh santri dan beberapa orang yang berkerumun dan membacakan
yasin dan tahlil di samping jenazah. Pak rudi, Ayah johan segera mendatangi
pesantren al fath setelah mendapat kabar ketiadaan johan. 4 jam kemudian pak
rudi tiba di tempat “Assalamu’alaikum kyai” salam pembuka pak rudi mengawali
pertemuan dengan kyai nur dan seluruh warga yang berada di depan masjid al
fath. “Wa’alaikumussalam” jawab kyai nur dibarengi beberapa penduduk. “Maaf Pak
rudi, kami tidak dapat menenggak kepergiannya. Semoga arwahnya diterima di sisi
Allah SWT.” Lanjut kyai nur mengawali perbincangan. Namun tidak diduga, pak
rudi yang terkihat garang dan galak itu tersenyum melihat wajah rudi yang
terbujur kaku terbungkus kain kafan seraya berkata “Tidak apa-apa kyai, saya
bahagia karena saya bangga memiliki anak seperti johan, belum tentu seribu satu
orang yang bisa meninggal dengan tersenyum seperti anak saya, johan.” Kyai nur
dan pak rudi terus memperbincangkan masalah johan. Hal yang paling utama
diutarakan kyai nur adalah penguburan jenazah johan. Setelah dirundingkan
jenazah johan akan dimakamkan di pemakaman khusus sidomulyo. Pemakaman khusus
sidomulyo adalah sebuah pemakaman yang dikhususkan untuk mengubur jenazah dari
keluarga kyai nur. Terharulah pak rudi dengan keputusan kyai nur yang begitu
sangat memberatkan diterima hati pak rudi. “Saya bangga punya santri seperti
johan, saya sudah menganggap ia sebagai keluarga saya sendiri. Dan setiap
keluarga saya berhak untuk menyinggahi pemakaman ini” sahut kyai nur setelah
memutuskan untuk mengubur jenazah johan di pemakaman keluarganya. Setelah
diputuskan tentang penguburan jenazah johan, penduduk dan kyai nur beserta pak
rudi segera merawat jenazah johan.
Begitulah akhir
dari sebuah kisah keistiqomahan santri yang siap menerima halangan, ia akan
dijunjung tinggi. Meski masih di dunia, ia telah menjadi sebagian dari keluarga
besar, hingga di pintu akhiratpun ia dikelompokkan ke dalam golongan keluarga
besar. Subhanallah.
No comments:
Post a Comment