CITA
DAN NYATA
Jalanan desa
bandongan masih terlihat sepi, hanya berkeliaran pedagang sayuran yang sedang
menggelar karpet untuk menata dagangan mereka. Saat itulah andi, siswa kelas XII
SMA N 1 Bandongan sedang berlari-lari kecil berolah raga pagi menjempaut
datangnya matahari. Andi bercita-cita menjadi seorang tentara yang nantinya
dapat mengamankan Indonesia dari segala mara bahaya. Andi yang kecil mungil
dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 49 kg itu sangat berambisi untuk
menjadi seorang prajurit, maka setiap hari sebelum ia berangkat sekolah pasti
ia meluangkan waktu untuk lari-lari mengelilingi desa bandongan yang kurang
lebih luasnya 350 m. apalagi hari minggu, pasti andi lebih rajin dalam berlari.
Bukan hanya desa bandongan bahkan desa sebelah sampai tahu kebiasaan andi. Hari
itu, sabtu 12 Maret 2012 pukul 06.00 saatnya andi mengambil nafas untuk
beristirahat di depan rumahnya. Dengan ditemani 2 orang teman setiap hari ia
melakukan rutinitas yang agak memberatkan itu.
“Putus lagi
cintaku, putus lagi jalinan kasih sayangku dengannya…” nyanyian merdu ciptaan
meggy z itu dinyanyikan santo yang memang hobby banget nyanyi dangdut. “Merdunya…
merusak dunia! Haha” sambut andi mengejek suara santo yang serak-serak kering
campur aneh diterima telinga normal. Santo yang merasa diejek tak mau kalah
mengelak hinaan andi, “Eeee, jangan ngejek… yang penting kan aku masih bisa
nyanyi. Daripada kamu, suara fales dan kurang meyakinkan jika nyanyikan lagu,
apalagi dangdut!” waktu istirahat telah usai, kini saatnya ketiga siswa itu
mempersiapkan diri berangkat sekolah. Rumah andi dan santo memang berdampingan,
namun jarang sekali mereka berdua berangkat bersama ke sekolah dikarenakan andi
dan santo sekolah di tempat yang berbeda. Jika andi sekolah di SMA N 1
Bandongan dan mengambil jurusan IPS, sedangkan santo sekolah di SMK N 2
Magelang dan mengambil jurusan Elektro.
Masing-masing
memiliki kepribadian, cita-cita, cinta, dan harapan yang tentunya sangat
berbeda. Andi dari kecil mengidam-idamkan menjadi seorang prajurit, santo
berkeinginan menjadi Enginer Elektronika, sedang anton memiliki cita-cita
menjadi seniman. Berjalan menuju sekolah adalah hal yang paling melelahkan
menurut andi, maka sering kali andi naik angkudes meskipun jarak rumahnya
dengan sekolah sangatlah dekat. Berbeda dengan anton yang setiap hari dengan
semangat ia berjalan kaki menuju SMEA Magelang meskipun jarak rumahnya dengan
sekolah dua kali lipat jarak rumah andi ke SMA N 1 Bandongan. Lain lagi
ceritanya santo yang selalu berangkat ke sekolah dengan naik sepeda motor.
Ketiga serangkai sama-sama sedang duduk di kelas XII.
Tak terasa 1
tahun hampir saja terlalui, tinggal beberapa hari lagi pelaksanaan UNAS dan UAS
akan dilaksanakan. Kini keseharian andi, santo, dan anton berganti dari sering
berlari menjadi ekstra giat dalam belajar. Andi yang bertubuh kecil kerempeng
itu kini menjadi perangai yang tinggi dan
besar, gendut, dan sering banyak ngemil dan makan. Santo yang dulunya
senang otak-atik motor kini lupa dengan struktur elektro karena sekarang hanya
otak-atik buku, buku, dan buku. Anton yang dulunya senang dengan buka-buku
gambar kini giat dengan buka-buku tanpa gambar yang penuh dengan tulisan
kecil-kecil, banyak, dan membosankan. “Ah, kalau kaya gini bisa galau!” gelisah
andi ketika menutup buku mata pelajaran Geografi di depan kedua temannya yang
kebetulan mereka telah janjian untuk belajar giliran, dan kebetulan hari itu sedang
digilirkan di rumah andi. “hem’em bener kata kamu ndi, bosan juga ya belajar
terus!” bela anton pada andi. Santo yang agak memiliki pemikiran kontra dengan
kedua temannya, santo hanya mengingatkan kalau tidak belajar dengan
sungguh-sungguh bagaimana nilai kita bisa bagus, terus kalau nilai kita sudah
kurang bagus bagaimana kita akan mencapai cita-cita kita. Mendengar penerangan
dari santo, andi dan anton termenung sebentar dan kembali membuka buku mereka
meski dengan perasaan yang agak malas. “Ya, aku buka lagi bukunya” kata andi
sembari membuka buku geografi bersampul plastic di malam yang sunyi sepi itu.
tak terasa belajar mereka berakhir dengan terlelap terbenam kantuk.
Assholatu
khoirun minan nauuuuuuuuuum, adzan subuh
masjid dekat rumah andi telah dikumandangkan. Orang tua andi membangunkan
mereka bertiga, ketiga serangkai bangun dengan hati gugup dan tak tentu arah,
karena kebingungan dengan mata pelajaran, UAS dan UNAS yang selalu menghantui
pikiran mereka. Sehabis shalat mereka bersiap siaga melanjutkan kegiatan dan
mempersiapkan diri berangkat ke sekolah, anton dan santo yang menginap di rumah
andi memang telah diberitahu untuk membawa baju sekolah karena mereka bertiga
akan berangkat dari rumah andi bersama-sama.
****
Andi berjalan
menuju SMA N 1 Bandongan, sesampai di kelas “Tolong buka halaman 34!” perintah
guru Pendidikan Kewarganegaraan kepada seluruh siswa kelas XII yang kebetulan
maple PKn adalah maple pertama di hari itu. “Siap pak!” jawab seluruh siswa
serentak mendengar perintah guru pkn itu. pak Kurdi guru PKn SMA N 1 Bandongan
kembali memerintahkan “Baca 1 halaman selama 30 menit, kemudian langsung
ulangan!”. Kaget, heran, dan tidak setuju tampak pada wajah seluruh siswa kelas
XII yang berjumlah 29. Sebagian benar-benar membaca dan belajar, sebagian
sedang menulis contekan di bangku, meja, dan anggota tubuh mereka, dan sebagian
lagi membuat contekan di lembaran-lembaran kertas yang disobek-sobek
kecil-kecil yang diselipkan di sisi-sisi meja. 30 menit telah berlalu, pak
kurnadi yang sudah tahu akan perilaku siswa kelas XII itu segera memerintahkan
untuk duduk secara acak dan beralihan dengan teman-teman mereka. Rasa dongkol
kembali menghantui jiwa siswa kelas XII. Bersamaan dengan kedongkolan siswa,
pak kurnadi menulis soal di papan tulis. Tertulis 10 soal yang harus dijawab,
bagi mereka yang belajar dengan sungguh-sungguh merasa sangat mudah dengan
pertanyaan itu. namun bagi siswa yang telah membuat contekan pada lembaran kertas
dan diselipkan di sisi-sisi meja tempat duduk semula itu kebingungan bagaimana
cara mencontek teman, bagaimana caranya agar aku bisa mengerjakan ulangan ini,
dan lain sebagainya. Dan bagi siswa yang membuat contekan di sekitar anggota
tubuh kebetulan ditempatkan di tempat duduk paling depan, “Apes, apes, apes,
kenapa pak kurnadi tahu kalau aku buat contekan di lenganku?” gumam isma, cewek
17 tahun asal desa salakan yang telah membuat contekan di lengan tangan dan
pahanya. Detik demi detik dijalani, waktu demi waktu dilalui, tak terasa 1 jam
telah berlalu. “Sekarang saatnya pengumpulan lembar ulangan!” perintah pak
kurnadi. Segera ketua kelas XII mengumpulkan seluruh lembar ulangan
teman-temannya dan diserahkan kepada pak kurnadi. Kekagetan dan kedongkolan
kembali muncul pada raut wajah siswa kelas XII ketika pak kurnadi memerintahkan
lembar ulangan yang baru saja dikerjakan langsung dikoreksi di tempat. “Ha?
Dikoreksi sekarang? Ah, payah!” bentak sebagian siswa yang kurang setuju jika
ulangan itu dikoreksi langsung karena khawatir nilai yang mereka peroleh akan
sangat buruk dan tidak layak dilihat. “Pokoknya kalian setuju atau tidak setuju
yang penting ulangan hari ini dikoreksi langsung. Isma, bagikan lembar ulangan
ini secara acak pada teman-teman kamu!” perintah pak kurnadi pada isma yang
duduk di bangku paling depan dekat meja guru.
Koreksi telah
usai, kini penilaian segera dilaksanakan. Siswa demi siswa dipanggil dan setiap
siswa melaporkan hasil lembar ulangan yang dipegangnya. Hasil akhir dari koreksi
bahwa nilai rata-rata ulangan siswa kelas XII B adalah 5.6. nilai yang minim
untuk KKM maple PKn, hingga pak kurnadi bicara penjang lebar setelah maple usai
disampaikan. Di hari yang semakin terik, maple pertama langsung ulangan, dapet
nilai jelek, ditambah banyak perintah dari pak kurnadi. Sungguh kesialan bagi
andi yang kebetulan kemarin belajar geografi sedangkan ulangan hari itu adalah
PKn. “Sial, padahal aku kemaren belajar geografi. Andai saja hari ini ulangan
geografi pasti aku dapat nilai 9.” Curhat andi kepada teman-temannya di kantin
sewaktu istirahat. Disambut salah satu teman andi yang bertanya “Memang nilai
PKn kamu berapa andi?”. Andi dengan malu menjawab “Dapet 5.8, sebenernya aku
malu ngatain tapi memang ulangan itu mendadak banget. Jadi cuman sedikit materi
yang masuk ke memory aku.” Elak adi membela diri dari cercaan teman-teman yang
ada di kantin. “Gak papa ndi, masih ada kesempatan lain. Lain kali kalau
belajar jangan Cuma 1 mata pelajaran, 2 atau 7 pelajaran sekalian biar kamu jadi
kutu buku!” canda teman-teman andi menghibur andi yang kelihatan murung dengan
nilai yang didapatinya ketika ulangan PKn yang baru saja dilaksanakan.
****
Gemricik air di
sungai dekat lapangan Olah Raga SMEA Magelang menghias suasana olahraga anton
yang sedah merintih kesakitan menahan kaki yang tergelincir ketika sepak bola
antar kelas dilaksanakan di sekolahnya. Meski anton senang berjalan namun daya
tubuh anton begitu lemah karena anton yang berbadan kekar itu lahir sebelum
saatnya ia lahir. Hanya 6 bulan, ia merasakan dunia kandungan. “Hei kamu, masa
tubuh kekar kaya kamu bisa lelet?” Ejek guru olahraga SMEA yang memang menjadi
guru andalan OR di SMEA Magelang. Pak Harto, itulah nama yang sering digunakan
untuk memanggil guru OR SMEA Magelang, dengan tinggi badan 185 dan berat badan
75 kg beliau berpenampilan. Gagah, tegar, dan tegas adalah perilakunya.
Disiplin, jujur, dan minat adalah andalan bagi jalan hidupnya. Selama 3 tahun
anton dididik oleh pak harto, namun memang sudah menjadi nasib anton yang bercita-cita
menjadi seniman tidak membuat anton menjadi minat untuk berpaling dari seni ke
olahraga. “Memang saya lemah pak, tidak kuat seperti bapak!” Anton membela
diri. “ya sudah, kuatkan minat kamu saja. Bapak juga tidak memaksa kamu menjadi
olahragawan, yang penting kamu minat apa, kamu tekuni saja!” nasihat pak harto
pada anton yang masih pringisan menahan sakit di kakinya.
Tak terasa jam
olah raga telah usai, waktu istirahat telah tiba. Anton masih merasa kakinya
sakit, namun apa boleh buat ia harus tidak ikut teman-temannya nongkrong di
kantin, ngobrol-ngobrol, dan lain-lain. Hanya berteman silfi di kelas, ia
menghabiskan waktu istirahatnya. “Habis ini kita pelajaran apa fi?” Tanya anton
mengawali perbincangan. “akuntansi dan pembukuan bank.” Jawab silfi sembari
berjalan mendekati anton, dan kembali bertanya meyakinkan anton tidak ada
sesuatu yang lebih selain tergelincir di kaki anton“Kamu tidak apa-apa to?”.
“Tidak apa-apa, masih bisa aku tahan kok kalau Cuma sakit kaya gini!” jawab
anton meyakinkan. Kriiiiiiiiiiiiing tanda bel masuk pelajaran telah berbunyi.
Pelajaran segera dimulai, dalam pelajaran akuntansi dan perbankan itu, bu yuli
guru akuntansi dan perbankan SMEA Magelang, tidak menjelaskan tentang akuntansi
dan perbankan namun malah memperbanyak nasehat pada siswa siswi SMEA yang
sebentar lagi akan melaksanakan UNAS dan UAS. Dalam nasehatnya, bu yuli
mengatakan
Ibu tidak akan menjelaskan lebih tentang akuntan dan perbankan
karena ibu yakin kalian sudah menguasai materi itu. hanya saja ibu berpesan
pada kalian, Jadilah orang yang kalian inginkan. Jangan sampai rasa terpaksa
membebani kalian menggapai cita-cita dan harapan kalian. Karena paksaaan hanya
akan membuat bayang semu, hanya hayal yang akan kalian dapat jika kalian
melakukan sesuatu dengan paksaan. Setiap jiwa pasti memiliki cita, harapan, dan
cinta yang berbeda. Cita untuk hidup, harapan untuk berkreasi, dan cinta untuk
kekuatan. Maka, satukanlah ketiga unsure itu dalam satu tujuan, yaitu tujuan
kalian sekolah, tujuan kalian hidup, dan tujuan kalian menggali ilmu,
dimanapun. Karena tanpa memadukan ketiga unsure itu kalian tidak akan
mendapatkan apa yang kalian inginkan!
Itulah sedikit
gambaran tentang pesan bu yuli pada siswa siswi kelas XII SMEA Akuntansi yang
berjumlah 30 siswa. Tak terasa waktu demi waktu telah terlewati, waktu
menunjukkan pukul 14.30 dan jam sekolah telah usai, saatnya anton dan
teman-teman pulang dan kembali berkatifitas di rumah. Dalam perjalanan pulang,
anton sangat mengahayati pesan bu yuli yang sepertinya sangat penting, meski
dengan wajah yang masih pringisan karena efek tergelincir masih menetap di
kakinya. “Benar juga kata bu yuli, kenapa aku harus memaksakan diri? Aku harus
jadi diriku apa adanya?” perkataan anton terlahir ketika ia menyadari bakat
lukis yang dimilikinya adalah suatu paksaaan dari teman-teman kecilnya yang
sering mengajak ia saingan untuk berkreasi. Tak terasa sampailah anton di
rumah, “Istirahat, tidur! Hahaha” anton bergumam sembari berjalan menuju tempat
tidur, lelap sudah jiwa dan mata anton ditelan kantuk yang sangat.
****
Pagi terasa
indah dengan sinaran surya menemani embun berhias kicau burung menambah suasana
semakin meresap untuk menatap indahnya kota magelang dari desa bandongan dekat
gunung sumbing yang masih sunyi dan sepi itu. santo melambaikan tangan
menghampiri bus menuju sekolah, tak disangka di dalam bus ia bertemu dengan
nurma teman seangkatan santo dari kaliangkrik. “Eh, santo….tumben gak pake
motor?” Tanya nurma mengawali perbincangannya dalam bus. Jawab santo mudah dan
singkat “Hm’m, lagi pengen aja!” padahal santo yang saat itu ikut bus jurusan
kaliagkrik magelang itu karena motor santo sedang tidak enak badan aja dan
perlu masuk rumah sakit (Bengkel). 5 menit berlalu, santo dan nurma ibarat
orang bisu bertemu dengan tuna wicara, tanpa bicara, tanpa kata, hanya tatap
mata mereka memberikan isyarat kalau mereka ingin ngobrol tapi tidak sampai di
kata. “Emmmmmm, kamu nanti ujian kan?” Tanya nurma siswa kelas XII jurusan informatika
itu dengan santai kepada santo. Santo yang memang pendiam dan pemalu hanya
menjawab dengan gelengan karena ujian telah usai. Sepi, tanpa canda, sungguh
membosankan bagi santo. Meski ia pendiam tapi ia tak suka suasana sepi. Santo
yang pemalu dan pendiam itu akhirnya mendendangkan lagu favoritnya “Terlalu
Mahaaaaaal harus ku bayaaaaaar….kecuranganmu…. dengan dengan air mata….” Suara
lirih terdengan dari mulut santo yang tipis berhias wajah hitam sawo matang
dengan desusan siul indah dan nyentrik. “Kamu bisa nyanyi juga to?” heran nurma
pada santo yang kelihatan pendiam dan pemalu. “Memang kenapa kalau aku bisa
nyanyi? Ada masalah?” santo membela diri. “Ya, enggak sih. Cuma jarang banget
aja aku tahu kalau kamu bisa nyanyi!” nurma membela diri.
Tak terasa 30
menit berlalu, hanya beberapa kata saja mereka mendendangkan nyanyian dalam bus
dengan bertanya satu sama lain. “Akhirnya sampai juga, Alhamdulillah” Puji
nurma ketika bus tepat berhenti di depan pintu gerbang SMK N 2 Magelang. Segera
mereka berlari mengejar waktu karena hanya tinggal 5 menit mereka telat masuk
kelas.
Betapa kaget
hati santo yang sedang kelalahan menahan nafas sampai di depan kelas, tiba-tiba
ia melihat pintu kelas sudah tertutup. “Masya Allah, aku telat!” segera santo
berlari lebih kencang menuju pintu kelas. Dan ternyata di dalam kelas tiada
siapapun, hanya bangku dan meja siswa yang tertata rapi dengan meja dan kursi
guru yang bersih mengkilat. “Nak santo ya?” Tanya pak mudi, penjaga sekolah
setempat. “Iya saya santo, gimana pak?” Tanya santo penasaran kenapa sampai pak
mudi tahu namanya dan dengan rela bertanya pada santo. “Gini nak, murid XII
Elektro sedang ada acara di rumah wali kelas. Masa nak santo lupa?” pak mudi
mengingatkan. “Astaghfirulla……..h, iya pak saya lupa kalau hari ini kelas
dibubarkan karena menghadiri pernikahan putra pertama wali kelas XII Elektro,
terima kasih pak saya akan segera menuju ke rumah wali kelas” jawab santo
sembari keluar menuju pintu gerbang SMK. Sesampai di pintu gerbang tersirat di
hati santo andai saja motornya tidak rusak, pasti ia sudah menuju rumah wali
kelas dengan cepat. Ketika enak berhayal sambil berjalan menuju tempat
nongkrong siswa SMK menunggu bus, tiba-tiba “OI, coy. Napa kamu jalan kaki?
Udah sakti ya? Ato mo nguatin kaki?” bentak bagus, teman santo sekelas. “ga,
motorku lagi rusak. Mau ke rumah wali kelas takut nanti sampai disana aku
telat! Kamu mau kemana?” Tanya santo pada bagus. “Aku mau ke rumah pak wali
kelas juga. Bareng aku aja! Gimana?” tawaran bagus pada santo yang tak mungkin
ditolak santo yang sedang mengharapkan pertolongan. Setengah jam mereka
berjalan, namun tak disangka-sangka, tak diduga kurang 300 meter lagi sampai di
rumah wali kelas “bessssssssssssss” ban motor bagus yang bermerk Mio tahun 2009
itu bocor dengan ikhlas dan tanpa paksaan. “Yaaah, tinggal dikit aja bocor?”
keluh kesah bagus. “Gak apa-apa tinggal sedikit lagi kita sampai, kita dorong
aja ya?” tawar santo pada pemilik motor yang sok PD dan sok kenal itu. berjalan
dengan mendorong sepeda motor di tengah-tengah lingkungan dusun sangat
memalukan, apalagi yang didorong itu motor berpangkat. “Mas, mau kemana kok
punya sepeda gak dinaiki? Malah didorong?” Tanya salah satu warga dusun
sidodadi pada santo dan bagus yang masih ngos-ngosan mendorong sepeda di jalan
yang menanjak itu. “Tidak apa-apa bu, cuman iseng-iseng aja. Mau ke rumah pak
walman. Ini motornya tadi bocor di situ.” Jawab bagus sembari menunjuk tempat
dimana ban mio yang dinaikinya bocor.
Duapuluh menit
mereka berdua mendorong sepeda, akhirnya sampai juga di tempat pak walman.
Namun, sangat heran dan kaget hati kedua insan merana itu, sudah sampai di
tempat tapi kok sepi? Gumam keduanya. Ternyata sudah lewat setengah jam yang
lalu acara pernikahan putra pertama wali kelas XII yang sangat dihormati dan
diidolakan itu usai. Kecewa hati mereka, namun kekecewaan yang dirasakan dapat
diobati oleh putra kedua wali kelas XII Elektro, hadi. Hadi dengan rela
mendorong sampai pada bengkel terdekat dan kembali ke rumah dengan membawa
motor yang sudah baik kembali. Sedang santo dan bagus istirahat di rumah wali
kelas menunggu motor yang sedang diperbaiki selesai. Waktu demi waktu berlalu, ngiiiiiiiiiiiiing
suara mio terdengar keras mendekati rumah kecil mungil dekat jalanan kecil di
dusun sidodadi Mertoyudan Magelang. “Alhamdulillah, sudah jadi. Kita bisa
pulang.” Ceria bagus melihat motornya sudah pulih seperti sedia kala.
Tak lama
setelah santo dan bagus beristirahat, mereka pamitan pulang. Namun api membara,
kompor gas dalam jiwa terbakar, bom hati meledak ketika 1 km perjalanan pulang
mereka dari rumah wali kelas, bensin sepeda menunjukkan pukul 18.30, bensin
kosong. “Whoaaaaaaaaa, kenapa bensin habis disini?” jengkel bagus ketika
melihat motornya yang indah kehabisan bahan bakar di tempat yang sepi dan jauh
dari pemukiman warga. Mungkin sekitar 500 m mereka baru dapat mengisi bahan
bakar, itu saja eceran. Langkah demi langkah dilewati, dorong demi dorong
dilalui, waktu demi waktu dimakan, tampak sekitar 30 meter tulisan besar
tertulis pada papan kayu “JUAL BAND SYIN”, “Alhamdulillah hamper sampai POM”
gumam santo dalam hati. Hingga sampailah mereka di POM Manual (Pengisian Bensin
Eceran) yang bertuliskan papan itu. “Mas, bensin mas. Lima ribu saja!” Pinta
bagus pada penjual bensin. Namun dari dalam rumah tiada jawaban sama sekali,
akhirnya dengan terpaksa mereka menunggu penjual bensin. Tak berapa lama
terlihat dari dalam rumah seorang dengan pakaian compang-camping berlumuran
lumpur tanah dan badan berbau rumput mendekati mereka berdua “Maaf mas baru
dari sawah! Gimana mas?” Tanya pemilik rumah pada santo dan bagus yang
kelelahan dan sudah tidak sabar menunggu bensin. “Gini pak, mau beli bensin,
lima ribu saja!” Pinta bagus. Namun kekagetan dan kelemasan mereka berdua
kembali muncul ketika penjual bensin menjawab dengan santai dan tegas “Maaf
mas, bensin habis. Mungkin 150 meter lagi dari sini ada penjual bensin eceran
lain.”. santo dan bagus hanya bisa berterima kasih atas info yang telah
diberikan, sebenarnya penjual bensin telah menawari mereka berdua untuk
istirahat di rumahnya, tapi karena keburu capek dan lemes mereka berdua menolak
tawaran itu. 150 meter telah terlalui, bensin telah dibeli, motor bagus kembali
jaya dan merdeka. Rasa senang dan bangga dapat mereka rasakan ketika mereka
menaiki motor itu. “Wah segarnya. Jadi pengen tidur.” Santo mengawali
pembicaraan sambil membonceng dan memeluk tubuh bagus yang kurus kering. “Yah,
nanti saja! Itulah buah dari berakit ke hulu, berlayar kemudian. Intinya
bekerja keras dahulu, pasti kamu dapat menikmati hasilnya dengan bangga!”
nasihat bagus yang begitu indah kepada santo yang sudah terlelap di atas sepeda
yang berjalan dengan kecepatan 50 km/jam itu. “Oalah, diberi nasihat malah
tidur to ….to….!” cela bagus pada santo yang asyik dengan mimpinya. Satu jam kemudian
sampailah mereka di bandongan, “To, bangun. Udah sampai bandongan! Turun!”
pinta bagus pada santo yang masih terlelap. “Lho kok sampai bandongan? Kamu gak
pulang ke rumah?” Tanya santo penasaran. “iya aku pulang, tapi aku kasihan
lihat kamu yang udah kelelahan. Masa aku nganter kamu sampai SMK? Masih jauh
tauk? Bisa-bisa kamu malah tidur disana?” jawab santo membela. “Bener juga ya?
Ya udah kamu pulang aja, nanti dicari orang tua kamu! Jangan buat mereka
khawatir sama keadaan kamu sob!” nasihat santo saat perpisahan mereka ditepi
jalan bandongan yang sudah semakin sore itu. “OK Coy, sampai jumpa besok di
sekolah?” pesan bagus pada santo sembari melambaikan tangan. “SIP!” jempol
santo menunjuk pada bagus yang semakin jauh.
****
Empat bulan
telah dilalui, UNAS dan UAS telah dilaksanakan. Santo, andi, dan anton kembali
berunding untuk meneruskan pendidikan. Andi yang semangat berolah raga sudah
tahu rasanya didadak melakukan sesuatu, anton yang senang berjalan sadar
pentingnya kecepatan, kekuatan dan ketepatan dalam berfikir, dan santo yang
senang dengan kebut-kebutan tahu pahitnya mendorong sepeda. Setelah berunding
mereka bertiga sepakat untuk meneruskan pendidikan dalam 1 Perguruan Tinggi,
Universitas Islam Magelang yang mereka pilih. Karena selain di dalamnya
terdapat pendidikan Islami, yang mengajarkan tentang pentingnya persiapan dalam
pekerjaan (Isti’dad “Persiapan”), kekuatan dan ketepatan dalam berfikir (al
ilmu nurun “Ilmu itu cahaya”), dan usaha dalam menjalankan sesuatu (al ajru
biqadri ta’abi “Pahala itu dihitung berdasar kerjaannya”).
Waktu demi
waktu dilalui, kini saatnya memutuskan hasil. Andi Pramono masuk ke Fakultas
Hukum, anton ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan santo masuk ke
Fakultas Kesehatan.
No comments:
Post a Comment