Saturday 26 April 2014

CERPEN CITA DAN NYATA



CITA DAN NYATA

Jalanan desa bandongan masih terlihat sepi, hanya berkeliaran pedagang sayuran yang sedang menggelar karpet untuk menata dagangan mereka. Saat itulah andi, siswa kelas XII SMA N 1 Bandongan sedang berlari-lari kecil berolah raga pagi menjempaut datangnya matahari. Andi bercita-cita menjadi seorang tentara yang nantinya dapat mengamankan Indonesia dari segala mara bahaya. Andi yang kecil mungil dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 49 kg itu sangat berambisi untuk menjadi seorang prajurit, maka setiap hari sebelum ia berangkat sekolah pasti ia meluangkan waktu untuk lari-lari mengelilingi desa bandongan yang kurang lebih luasnya 350 m. apalagi hari minggu, pasti andi lebih rajin dalam berlari. Bukan hanya desa bandongan bahkan desa sebelah sampai tahu kebiasaan andi. Hari itu, sabtu 12 Maret 2012 pukul 06.00 saatnya andi mengambil nafas untuk beristirahat di depan rumahnya. Dengan ditemani 2 orang teman setiap hari ia melakukan rutinitas yang agak memberatkan itu.
“Putus lagi cintaku, putus lagi jalinan kasih sayangku dengannya…” nyanyian merdu ciptaan meggy z itu dinyanyikan santo yang memang hobby banget nyanyi dangdut. “Merdunya… merusak dunia! Haha” sambut andi mengejek suara santo yang serak-serak kering campur aneh diterima telinga normal. Santo yang merasa diejek tak mau kalah mengelak hinaan andi, “Eeee, jangan ngejek… yang penting kan aku masih bisa nyanyi. Daripada kamu, suara fales dan kurang meyakinkan jika nyanyikan lagu, apalagi dangdut!” waktu istirahat telah usai, kini saatnya ketiga siswa itu mempersiapkan diri berangkat sekolah. Rumah andi dan santo memang berdampingan, namun jarang sekali mereka berdua berangkat bersama ke sekolah dikarenakan andi dan santo sekolah di tempat yang berbeda. Jika andi sekolah di SMA N 1 Bandongan dan mengambil jurusan IPS, sedangkan santo sekolah di SMK N 2 Magelang dan mengambil jurusan Elektro.
Masing-masing memiliki kepribadian, cita-cita, cinta, dan harapan yang tentunya sangat berbeda. Andi dari kecil mengidam-idamkan menjadi seorang prajurit, santo berkeinginan menjadi Enginer Elektronika, sedang anton memiliki cita-cita menjadi seniman. Berjalan menuju sekolah adalah hal yang paling melelahkan menurut andi, maka sering kali andi naik angkudes meskipun jarak rumahnya dengan sekolah sangatlah dekat. Berbeda dengan anton yang setiap hari dengan semangat ia berjalan kaki menuju SMEA Magelang meskipun jarak rumahnya dengan sekolah dua kali lipat jarak rumah andi ke SMA N 1 Bandongan. Lain lagi ceritanya santo yang selalu berangkat ke sekolah dengan naik sepeda motor. Ketiga serangkai sama-sama sedang duduk di kelas XII.

Tak terasa 1 tahun hampir saja terlalui, tinggal beberapa hari lagi pelaksanaan UNAS dan UAS akan dilaksanakan. Kini keseharian andi, santo, dan anton berganti dari sering berlari menjadi ekstra giat dalam belajar. Andi yang bertubuh kecil kerempeng itu kini menjadi perangai yang tinggi dan  besar, gendut, dan sering banyak ngemil dan makan. Santo yang dulunya senang otak-atik motor kini lupa dengan struktur elektro karena sekarang hanya otak-atik buku, buku, dan buku. Anton yang dulunya senang dengan buka-buku gambar kini giat dengan buka-buku tanpa gambar yang penuh dengan tulisan kecil-kecil, banyak, dan membosankan. “Ah, kalau kaya gini bisa galau!” gelisah andi ketika menutup buku mata pelajaran Geografi di depan kedua temannya yang kebetulan mereka telah janjian untuk belajar giliran, dan kebetulan hari itu sedang digilirkan di rumah andi. “hem’em bener kata kamu ndi, bosan juga ya belajar terus!” bela anton pada andi. Santo yang agak memiliki pemikiran kontra dengan kedua temannya, santo hanya mengingatkan kalau tidak belajar dengan sungguh-sungguh bagaimana nilai kita bisa bagus, terus kalau nilai kita sudah kurang bagus bagaimana kita akan mencapai cita-cita kita. Mendengar penerangan dari santo, andi dan anton termenung sebentar dan kembali membuka buku mereka meski dengan perasaan yang agak malas. “Ya, aku buka lagi bukunya” kata andi sembari membuka buku geografi bersampul plastic di malam yang sunyi sepi itu. tak terasa belajar mereka berakhir dengan terlelap terbenam kantuk.
Assholatu khoirun minan nauuuuuuuuuum, adzan subuh masjid dekat rumah andi telah dikumandangkan. Orang tua andi membangunkan mereka bertiga, ketiga serangkai bangun dengan hati gugup dan tak tentu arah, karena kebingungan dengan mata pelajaran, UAS dan UNAS yang selalu menghantui pikiran mereka. Sehabis shalat mereka bersiap siaga melanjutkan kegiatan dan mempersiapkan diri berangkat ke sekolah, anton dan santo yang menginap di rumah andi memang telah diberitahu untuk membawa baju sekolah karena mereka bertiga akan berangkat dari rumah andi bersama-sama.
****
Andi berjalan menuju SMA N 1 Bandongan, sesampai di kelas “Tolong buka halaman 34!” perintah guru Pendidikan Kewarganegaraan kepada seluruh siswa kelas XII yang kebetulan maple PKn adalah maple pertama di hari itu. “Siap pak!” jawab seluruh siswa serentak mendengar perintah guru pkn itu. pak Kurdi guru PKn SMA N 1 Bandongan kembali memerintahkan “Baca 1 halaman selama 30 menit, kemudian langsung ulangan!”. Kaget, heran, dan tidak setuju tampak pada wajah seluruh siswa kelas XII yang berjumlah 29. Sebagian benar-benar membaca dan belajar, sebagian sedang menulis contekan di bangku, meja, dan anggota tubuh mereka, dan sebagian lagi membuat contekan di lembaran-lembaran kertas yang disobek-sobek kecil-kecil yang diselipkan di sisi-sisi meja. 30 menit telah berlalu, pak kurnadi yang sudah tahu akan perilaku siswa kelas XII itu segera memerintahkan untuk duduk secara acak dan beralihan dengan teman-teman mereka. Rasa dongkol kembali menghantui jiwa siswa kelas XII. Bersamaan dengan kedongkolan siswa, pak kurnadi menulis soal di papan tulis. Tertulis 10 soal yang harus dijawab, bagi mereka yang belajar dengan sungguh-sungguh merasa sangat mudah dengan pertanyaan itu. namun bagi siswa yang telah membuat contekan pada lembaran kertas dan diselipkan di sisi-sisi meja tempat duduk semula itu kebingungan bagaimana cara mencontek teman, bagaimana caranya agar aku bisa mengerjakan ulangan ini, dan lain sebagainya. Dan bagi siswa yang membuat contekan di sekitar anggota tubuh kebetulan ditempatkan di tempat duduk paling depan, “Apes, apes, apes, kenapa pak kurnadi tahu kalau aku buat contekan di lenganku?” gumam isma, cewek 17 tahun asal desa salakan yang telah membuat contekan di lengan tangan dan pahanya. Detik demi detik dijalani, waktu demi waktu dilalui, tak terasa 1 jam telah berlalu. “Sekarang saatnya pengumpulan lembar ulangan!” perintah pak kurnadi. Segera ketua kelas XII mengumpulkan seluruh lembar ulangan teman-temannya dan diserahkan kepada pak kurnadi. Kekagetan dan kedongkolan kembali muncul pada raut wajah siswa kelas XII ketika pak kurnadi memerintahkan lembar ulangan yang baru saja dikerjakan langsung dikoreksi di tempat. “Ha? Dikoreksi sekarang? Ah, payah!” bentak sebagian siswa yang kurang setuju jika ulangan itu dikoreksi langsung karena khawatir nilai yang mereka peroleh akan sangat buruk dan tidak layak dilihat. “Pokoknya kalian setuju atau tidak setuju yang penting ulangan hari ini dikoreksi langsung. Isma, bagikan lembar ulangan ini secara acak pada teman-teman kamu!” perintah pak kurnadi pada isma yang duduk di bangku paling depan dekat meja guru.
Koreksi telah usai, kini penilaian segera dilaksanakan. Siswa demi siswa dipanggil dan setiap siswa melaporkan hasil lembar ulangan yang dipegangnya. Hasil akhir dari koreksi bahwa nilai rata-rata ulangan siswa kelas XII B adalah 5.6. nilai yang minim untuk KKM maple PKn, hingga pak kurnadi bicara penjang lebar setelah maple usai disampaikan. Di hari yang semakin terik, maple pertama langsung ulangan, dapet nilai jelek, ditambah banyak perintah dari pak kurnadi. Sungguh kesialan bagi andi yang kebetulan kemarin belajar geografi sedangkan ulangan hari itu adalah PKn. “Sial, padahal aku kemaren belajar geografi. Andai saja hari ini ulangan geografi pasti aku dapat nilai 9.” Curhat andi kepada teman-temannya di kantin sewaktu istirahat. Disambut salah satu teman andi yang bertanya “Memang nilai PKn kamu berapa andi?”. Andi dengan malu menjawab “Dapet 5.8, sebenernya aku malu ngatain tapi memang ulangan itu mendadak banget. Jadi cuman sedikit materi yang masuk ke memory aku.” Elak adi membela diri dari cercaan teman-teman yang ada di kantin. “Gak papa ndi, masih ada kesempatan lain. Lain kali kalau belajar jangan Cuma 1 mata pelajaran, 2 atau 7 pelajaran sekalian biar kamu jadi kutu buku!” canda teman-teman andi menghibur andi yang kelihatan murung dengan nilai yang didapatinya ketika ulangan PKn yang baru saja dilaksanakan.
****
Gemricik air di sungai dekat lapangan Olah Raga SMEA Magelang menghias suasana olahraga anton yang sedah merintih kesakitan menahan kaki yang tergelincir ketika sepak bola antar kelas dilaksanakan di sekolahnya. Meski anton senang berjalan namun daya tubuh anton begitu lemah karena anton yang berbadan kekar itu lahir sebelum saatnya ia lahir. Hanya 6 bulan, ia merasakan dunia kandungan. “Hei kamu, masa tubuh kekar kaya kamu bisa lelet?” Ejek guru olahraga SMEA yang memang menjadi guru andalan OR di SMEA Magelang. Pak Harto, itulah nama yang sering digunakan untuk memanggil guru OR SMEA Magelang, dengan tinggi badan 185 dan berat badan 75 kg beliau berpenampilan. Gagah, tegar, dan tegas adalah perilakunya. Disiplin, jujur, dan minat adalah andalan bagi jalan hidupnya. Selama 3 tahun anton dididik oleh pak harto, namun memang sudah menjadi nasib anton yang bercita-cita menjadi seniman tidak membuat anton menjadi minat untuk berpaling dari seni ke olahraga. “Memang saya lemah pak, tidak kuat seperti bapak!” Anton membela diri. “ya sudah, kuatkan minat kamu saja. Bapak juga tidak memaksa kamu menjadi olahragawan, yang penting kamu minat apa, kamu tekuni saja!” nasihat pak harto pada anton yang masih pringisan menahan sakit di kakinya.
Tak terasa jam olah raga telah usai, waktu istirahat telah tiba. Anton masih merasa kakinya sakit, namun apa boleh buat ia harus tidak ikut teman-temannya nongkrong di kantin, ngobrol-ngobrol, dan lain-lain. Hanya berteman silfi di kelas, ia menghabiskan waktu istirahatnya. “Habis ini kita pelajaran apa fi?” Tanya anton mengawali perbincangan. “akuntansi dan pembukuan bank.” Jawab silfi sembari berjalan mendekati anton, dan kembali bertanya meyakinkan anton tidak ada sesuatu yang lebih selain tergelincir di kaki anton“Kamu tidak apa-apa to?”. “Tidak apa-apa, masih bisa aku tahan kok kalau Cuma sakit kaya gini!” jawab anton meyakinkan. Kriiiiiiiiiiiiing tanda bel masuk pelajaran telah berbunyi. Pelajaran segera dimulai, dalam pelajaran akuntansi dan perbankan itu, bu yuli guru akuntansi dan perbankan SMEA Magelang, tidak menjelaskan tentang akuntansi dan perbankan namun malah memperbanyak nasehat pada siswa siswi SMEA yang sebentar lagi akan melaksanakan UNAS dan UAS. Dalam nasehatnya, bu yuli mengatakan
Ibu tidak akan menjelaskan lebih tentang akuntan dan perbankan karena ibu yakin kalian sudah menguasai materi itu. hanya saja ibu berpesan pada kalian, Jadilah orang yang kalian inginkan. Jangan sampai rasa terpaksa membebani kalian menggapai cita-cita dan harapan kalian. Karena paksaaan hanya akan membuat bayang semu, hanya hayal yang akan kalian dapat jika kalian melakukan sesuatu dengan paksaan. Setiap jiwa pasti memiliki cita, harapan, dan cinta yang berbeda. Cita untuk hidup, harapan untuk berkreasi, dan cinta untuk kekuatan. Maka, satukanlah ketiga unsure itu dalam satu tujuan, yaitu tujuan kalian sekolah, tujuan kalian hidup, dan tujuan kalian menggali ilmu, dimanapun. Karena tanpa memadukan ketiga unsure itu kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian inginkan!
Itulah sedikit gambaran tentang pesan bu yuli pada siswa siswi kelas XII SMEA Akuntansi yang berjumlah 30 siswa. Tak terasa waktu demi waktu telah terlewati, waktu menunjukkan pukul 14.30 dan jam sekolah telah usai, saatnya anton dan teman-teman pulang dan kembali berkatifitas di rumah. Dalam perjalanan pulang, anton sangat mengahayati pesan bu yuli yang sepertinya sangat penting, meski dengan wajah yang masih pringisan karena efek tergelincir masih menetap di kakinya. “Benar juga kata bu yuli, kenapa aku harus memaksakan diri? Aku harus jadi diriku apa adanya?” perkataan anton terlahir ketika ia menyadari bakat lukis yang dimilikinya adalah suatu paksaaan dari teman-teman kecilnya yang sering mengajak ia saingan untuk berkreasi. Tak terasa sampailah anton di rumah, “Istirahat, tidur! Hahaha” anton bergumam sembari berjalan menuju tempat tidur, lelap sudah jiwa dan mata anton ditelan kantuk yang sangat.
****
Pagi terasa indah dengan sinaran surya menemani embun berhias kicau burung menambah suasana semakin meresap untuk menatap indahnya kota magelang dari desa bandongan dekat gunung sumbing yang masih sunyi dan sepi itu. santo melambaikan tangan menghampiri bus menuju sekolah, tak disangka di dalam bus ia bertemu dengan nurma teman seangkatan santo dari kaliangkrik. “Eh, santo….tumben gak pake motor?” Tanya nurma mengawali perbincangannya dalam bus. Jawab santo mudah dan singkat “Hm’m, lagi pengen aja!” padahal santo yang saat itu ikut bus jurusan kaliagkrik magelang itu karena motor santo sedang tidak enak badan aja dan perlu masuk rumah sakit (Bengkel). 5 menit berlalu, santo dan nurma ibarat orang bisu bertemu dengan tuna wicara, tanpa bicara, tanpa kata, hanya tatap mata mereka memberikan isyarat kalau mereka ingin ngobrol tapi tidak sampai di kata. “Emmmmmm, kamu nanti ujian kan?” Tanya nurma siswa kelas XII jurusan informatika itu dengan santai kepada santo. Santo yang memang pendiam dan pemalu hanya menjawab dengan gelengan karena ujian telah usai. Sepi, tanpa canda, sungguh membosankan bagi santo. Meski ia pendiam tapi ia tak suka suasana sepi. Santo yang pemalu dan pendiam itu akhirnya mendendangkan lagu favoritnya “Terlalu Mahaaaaaal harus ku bayaaaaaar….kecuranganmu…. dengan dengan air mata….” Suara lirih terdengan dari mulut santo yang tipis berhias wajah hitam sawo matang dengan desusan siul indah dan nyentrik. “Kamu bisa nyanyi juga to?” heran nurma pada santo yang kelihatan pendiam dan pemalu. “Memang kenapa kalau aku bisa nyanyi? Ada masalah?” santo membela diri. “Ya, enggak sih. Cuma jarang banget aja aku tahu kalau kamu bisa nyanyi!” nurma membela diri.
Tak terasa 30 menit berlalu, hanya beberapa kata saja mereka mendendangkan nyanyian dalam bus dengan bertanya satu sama lain. “Akhirnya sampai juga, Alhamdulillah” Puji nurma ketika bus tepat berhenti di depan pintu gerbang SMK N 2 Magelang. Segera mereka berlari mengejar waktu karena hanya tinggal 5 menit mereka telat masuk kelas.
Betapa kaget hati santo yang sedang kelalahan menahan nafas sampai di depan kelas, tiba-tiba ia melihat pintu kelas sudah tertutup. “Masya Allah, aku telat!” segera santo berlari lebih kencang menuju pintu kelas. Dan ternyata di dalam kelas tiada siapapun, hanya bangku dan meja siswa yang tertata rapi dengan meja dan kursi guru yang bersih mengkilat. “Nak santo ya?” Tanya pak mudi, penjaga sekolah setempat. “Iya saya santo, gimana pak?” Tanya santo penasaran kenapa sampai pak mudi tahu namanya dan dengan rela bertanya pada santo. “Gini nak, murid XII Elektro sedang ada acara di rumah wali kelas. Masa nak santo lupa?” pak mudi mengingatkan. “Astaghfirulla……..h, iya pak saya lupa kalau hari ini kelas dibubarkan karena menghadiri pernikahan putra pertama wali kelas XII Elektro, terima kasih pak saya akan segera menuju ke rumah wali kelas” jawab santo sembari keluar menuju pintu gerbang SMK. Sesampai di pintu gerbang tersirat di hati santo andai saja motornya tidak rusak, pasti ia sudah menuju rumah wali kelas dengan cepat. Ketika enak berhayal sambil berjalan menuju tempat nongkrong siswa SMK menunggu bus, tiba-tiba “OI, coy. Napa kamu jalan kaki? Udah sakti ya? Ato mo nguatin kaki?” bentak bagus, teman santo sekelas. “ga, motorku lagi rusak. Mau ke rumah wali kelas takut nanti sampai disana aku telat! Kamu mau kemana?” Tanya santo pada bagus. “Aku mau ke rumah pak wali kelas juga. Bareng aku aja! Gimana?” tawaran bagus pada santo yang tak mungkin ditolak santo yang sedang mengharapkan pertolongan. Setengah jam mereka berjalan, namun tak disangka-sangka, tak diduga kurang 300 meter lagi sampai di rumah wali kelas “bessssssssssssss” ban motor bagus yang bermerk Mio tahun 2009 itu bocor dengan ikhlas dan tanpa paksaan. “Yaaah, tinggal dikit aja bocor?” keluh kesah bagus. “Gak apa-apa tinggal sedikit lagi kita sampai, kita dorong aja ya?” tawar santo pada pemilik motor yang sok PD dan sok kenal itu. berjalan dengan mendorong sepeda motor di tengah-tengah lingkungan dusun sangat memalukan, apalagi yang didorong itu motor berpangkat. “Mas, mau kemana kok punya sepeda gak dinaiki? Malah didorong?” Tanya salah satu warga dusun sidodadi pada santo dan bagus yang masih ngos-ngosan mendorong sepeda di jalan yang menanjak itu. “Tidak apa-apa bu, cuman iseng-iseng aja. Mau ke rumah pak walman. Ini motornya tadi bocor di situ.” Jawab bagus sembari menunjuk tempat dimana ban mio yang dinaikinya bocor.
Duapuluh menit mereka berdua mendorong sepeda, akhirnya sampai juga di tempat pak walman. Namun, sangat heran dan kaget hati kedua insan merana itu, sudah sampai di tempat tapi kok sepi? Gumam keduanya. Ternyata sudah lewat setengah jam yang lalu acara pernikahan putra pertama wali kelas XII yang sangat dihormati dan diidolakan itu usai. Kecewa hati mereka, namun kekecewaan yang dirasakan dapat diobati oleh putra kedua wali kelas XII Elektro, hadi. Hadi dengan rela mendorong sampai pada bengkel terdekat dan kembali ke rumah dengan membawa motor yang sudah baik kembali. Sedang santo dan bagus istirahat di rumah wali kelas menunggu motor yang sedang diperbaiki selesai. Waktu demi waktu berlalu, ngiiiiiiiiiiiiing suara mio terdengar keras mendekati rumah kecil mungil dekat jalanan kecil di dusun sidodadi Mertoyudan Magelang. “Alhamdulillah, sudah jadi. Kita bisa pulang.” Ceria bagus melihat motornya sudah pulih seperti sedia kala.
Tak lama setelah santo dan bagus beristirahat, mereka pamitan pulang. Namun api membara, kompor gas dalam jiwa terbakar, bom hati meledak ketika 1 km perjalanan pulang mereka dari rumah wali kelas, bensin sepeda menunjukkan pukul 18.30, bensin kosong. “Whoaaaaaaaaa, kenapa bensin habis disini?” jengkel bagus ketika melihat motornya yang indah kehabisan bahan bakar di tempat yang sepi dan jauh dari pemukiman warga. Mungkin sekitar 500 m mereka baru dapat mengisi bahan bakar, itu saja eceran. Langkah demi langkah dilewati, dorong demi dorong dilalui, waktu demi waktu dimakan, tampak sekitar 30 meter tulisan besar tertulis pada papan kayu “JUAL BAND SYIN”, “Alhamdulillah hamper sampai POM” gumam santo dalam hati. Hingga sampailah mereka di POM Manual (Pengisian Bensin Eceran) yang bertuliskan papan itu. “Mas, bensin mas. Lima ribu saja!” Pinta bagus pada penjual bensin. Namun dari dalam rumah tiada jawaban sama sekali, akhirnya dengan terpaksa mereka menunggu penjual bensin. Tak berapa lama terlihat dari dalam rumah seorang dengan pakaian compang-camping berlumuran lumpur tanah dan badan berbau rumput mendekati mereka berdua “Maaf mas baru dari sawah! Gimana mas?” Tanya pemilik rumah pada santo dan bagus yang kelelahan dan sudah tidak sabar menunggu bensin. “Gini pak, mau beli bensin, lima ribu saja!” Pinta bagus. Namun kekagetan dan kelemasan mereka berdua kembali muncul ketika penjual bensin menjawab dengan santai dan tegas “Maaf mas, bensin habis. Mungkin 150 meter lagi dari sini ada penjual bensin eceran lain.”. santo dan bagus hanya bisa berterima kasih atas info yang telah diberikan, sebenarnya penjual bensin telah menawari mereka berdua untuk istirahat di rumahnya, tapi karena keburu capek dan lemes mereka berdua menolak tawaran itu. 150 meter telah terlalui, bensin telah dibeli, motor bagus kembali jaya dan merdeka. Rasa senang dan bangga dapat mereka rasakan ketika mereka menaiki motor itu. “Wah segarnya. Jadi pengen tidur.” Santo mengawali pembicaraan sambil membonceng dan memeluk tubuh bagus yang kurus kering. “Yah, nanti saja! Itulah buah dari berakit ke hulu, berlayar kemudian. Intinya bekerja keras dahulu, pasti kamu dapat menikmati hasilnya dengan bangga!” nasihat bagus yang begitu indah kepada santo yang sudah terlelap di atas sepeda yang berjalan dengan kecepatan 50 km/jam itu. “Oalah, diberi nasihat malah tidur to ….to….!” cela bagus pada santo yang asyik dengan mimpinya. Satu jam kemudian sampailah mereka di bandongan, “To, bangun. Udah sampai bandongan! Turun!” pinta bagus pada santo yang masih terlelap. “Lho kok sampai bandongan? Kamu gak pulang ke rumah?” Tanya santo penasaran. “iya aku pulang, tapi aku kasihan lihat kamu yang udah kelelahan. Masa aku nganter kamu sampai SMK? Masih jauh tauk? Bisa-bisa kamu malah tidur disana?” jawab santo membela. “Bener juga ya? Ya udah kamu pulang aja, nanti dicari orang tua kamu! Jangan buat mereka khawatir sama keadaan kamu sob!” nasihat santo saat perpisahan mereka ditepi jalan bandongan yang sudah semakin sore itu. “OK Coy, sampai jumpa besok di sekolah?” pesan bagus pada santo sembari melambaikan tangan. “SIP!” jempol santo menunjuk pada bagus yang semakin jauh.
****
Empat bulan telah dilalui, UNAS dan UAS telah dilaksanakan. Santo, andi, dan anton kembali berunding untuk meneruskan pendidikan. Andi yang semangat berolah raga sudah tahu rasanya didadak melakukan sesuatu, anton yang senang berjalan sadar pentingnya kecepatan, kekuatan dan ketepatan dalam berfikir, dan santo yang senang dengan kebut-kebutan tahu pahitnya mendorong sepeda. Setelah berunding mereka bertiga sepakat untuk meneruskan pendidikan dalam 1 Perguruan Tinggi, Universitas Islam Magelang yang mereka pilih. Karena selain di dalamnya terdapat pendidikan Islami, yang mengajarkan tentang pentingnya persiapan dalam pekerjaan (Isti’dad “Persiapan”), kekuatan dan ketepatan dalam berfikir (al ilmu nurun “Ilmu itu cahaya”), dan usaha dalam menjalankan sesuatu (al ajru biqadri ta’abi “Pahala itu dihitung berdasar kerjaannya”).
Waktu demi waktu dilalui, kini saatnya memutuskan hasil. Andi Pramono masuk ke Fakultas Hukum, anton ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan santo masuk ke Fakultas Kesehatan.

No comments:

Post a Comment