Wednesday 9 April 2014

AIDS DARI SEGI AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN

Penyakit Aids dari segi agama Islam.

Penyakit merupakan sebuah peringatan atau bahkan menjadi suatu berkah, karena selalu ada hikmah dibalik semua penyakit yang telah diberikan kepada kita. Sebagai hamba Allah SWT, kita wajib mensyukuri semua rahmat yang telah diberikan kepada kita termasuk sakit. Penyakit aids dari segi agama merupakan penyakit peringatan atas segala perilaku yang tidak baik, seperti  berperilaku seks bebas. Seks bebas dewasa ini sangat digandrungi oleh kaula muda, bahkan remaja – remaja yang pada hakikatnya umat Islam sangat melarang berbuat zina. Maka dari itu umat Islam harus memperdayakan agama nya demi melindungi generasi – generasi Islam.  Pakar studi Islam asal Uganda menjelaskan, pemberdayaan agama, selain melalui para tokohnya, juga dapat dilakukan melalui masjid-masjid dan majelis taklim. Kedua tempat itu, katanya, potensial bagi sosialisasi tentang bahaya yang ditimbulkan dari seks bebas, yakni penyakit Aids. Hal ini patut didukung oleh masyarakat dan lingkungan yang berada pada daerah sekitarnya. 

“Semua agama memiliki komitmen yang sama dalam mencegah penyakit Aids. Tapi, terpulang kepada umatnya. Kalau pengamalan ajaran agama benar dan konsisten, maka tidak akan terjadi hubungan seks bebas, terlebih lagi munculnya Aids,” kata Prof Yusuf Akbar, pakar intelektual Pakistan. Komitmen untuk menjaga dan melindungi semua kaum Islam dari penyakit aids lebih ditekan kan pada pencegahan seks bebas, perilaku yang menyimpang dan pengguanaan obat – obatan. Islam sangat melarang kaumnya berbuat zina atau seks bebas, maka dengan demikian uamt Islam lah yang harus memproteksi diri sendiri maupun memproteksi orang lain dari kegiatan seks bebas.
Islam mengajarkan kasih sayang, yang artinya apabila adapun beberapa orang muslim atau beberapa kaum muslim yang terinfeksi virus mematikan ini, Islam tetap mengajarkan kita untuk mengasihi, dan member motivasi terhadapnya. Sehingga orang ataupun kaum tersebut tidak merasa tersudutkan dan mengalami stress. Adapun bila seseorang yang terinfeksi penyakit tersebut karena berbuat zina atau seks bebas, maka sesegera lah meminta ampun dan kembali kejalan yang benar yang diridhai Allah SWT.

Penyakit Aids dari segi pendidikan.

Pendidikan merupakan sebuah sarana penyalur ilmu baik yang bersifat abstrak, maupun sains dan sosial, yang dikembangkan secara mandiri oleh sipenerima ilmu. Pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat menekan kan dalam bentuk nilai secara sains saja, dan sangat kurang menitikberatkan pada pendidikan moral. Padahal pendidikan moral dalam jiwa penerima ilmu sangat diperlukan untuk mengembangkan ilmunya kearah yang baik.

Moral merupakan modal utama manusia untuk dapat membedakan yang baik dan yang tidak baik, ilmu seperti sains dapat dikembangkan dengan baik apabila moral orang tersebut terdidik. Contoh yang menjadi kunci disini adalah seperti pendidikan seks dan resiko seks bebas serta HIV/AIDS terhadap pelaku seks bebas, seks menyimpang, dan penggunaan obat – obatan.
Pendidikan seks harus dilakukan dengan dasar edukasi yang baik, artinya pendidikan ini membuat para remaja takut untuk melakukan seks pada usia dini. Dilanjutkan dengan bahaya seks bebas yang dapat menimbulkan penyakit yang sangat berbahaya, mematikan dan belum ada obatnya yaitu penyakit Aids. Hal ini juga harus diperkuat dengan fakta – fakta yang menunjukan bahwa penyakit ini tidak mampu ditangani.
Pendidikan – pendidikan yang membuat remaja sadar seperti inilah yang mampu membuat penyebaran penyakit AIDS ini berkurang. Hal ini haruslah ditunjang dengan pendidikan agama yang kuat, dengan menekan kan pada aspek ketakutan terhadap pertanggungjawaban hal – hal yang dilakukan. Pendidikan dasar yang mempunyai effect yang menyeluruh dan mampu menggugah kesadaran inilah yang belum mampu dilakukan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan semakin meningkatnya penyakit AIDS, dan orang yang terinfeksi HIV, serta semakin banyaknya remaja atau mayarakat muda Indonesia yang tidak sadar bahaya seks bebas.

Penyakit aids dari segi sosial dan lingkungan.

Pada saat gejala aids ini muncul dan menjangkit seorang manusia, manusia mulai mengadaptasikan diri terhadap situasi sosial yang terjadi di sekitarnya. Perasaan stress dan putus asa terkadang semakin memperkuat kelemahan tubuh yang ada pada dirinya. sebagian besar menunjukkan perubahan karakter psikososial yaitu : hidup dalam stres, depresi, merasa kurangnya dukungan sosial, dan perubahan perilaku (WHO dalam Nasronudin, 2004). Hal ini yang terkadang mendorong manusia yang sudah positif HIV bunuh diri ataupun mengasingkan diri dari orang lain yang ada disekitarnya.

Secara sosial manusia hendaknya saling berinteraksi dan saling mengalami proses ketergantungan antara manusia satu dan manusia yang lain. Hal ini menjadi berubah ataupun bergeser pada beberapa golongan manusia terhadap manusia yang  positif HIV. Pada desember 2005, Unit PIPI (Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi) menunjukkan bahwa 80% responden dari sebuah  penelitian sudah manusia positif HIV memperoleh dukungan dari keluarga. Namun pada  kenyataannya dukungan keluarga yang mereka peroleh dirasakan masih kurang, kebanyakan mereka  cenderung tidak menerima kondisi anggota keluarganya yang terinfeksi,  dan tidak  ada  penerimaan  serta  kecemasan  yang  tinggi Terhadap diagnosa penyakit HIV ini serta  biaya pengobatan sehingga respons sosial (emosional) pasien HIV-AIDS tersebut berkembang ke arah yang negatif.

Arah yang negative ini membuat manusia yang positif HIV ini takut untuk berinteraksi ataupun untuk bergabung dengan komunitas manusia – manusia normal lain. Sehingga cenderung memisahkan diri, selalu murung dan tidak ceria dalam mengarungi hidupnya. Beberapa faktor yang mengganggu mental dan jiwa manusia yang terkena penyakit adalah faktor ketidakmampuan serta ketidaksiapan dalam mengarungi derasnya kritik sosial yang begitu membelenggu kehidupan mereka.

Secara lingkungan, masyarakat seharusnya saling mengawasi dan memperhatkan lingkunganya. Lingkungan yang ada pada kawasan kota ataupun perkotaan selalu membiaskan sisi lain dari tingkah laku manusia yang ingin merasakan segala sesuatu hal. Karena secara sikologis manusia mempunyai sifat yang cenderung mudah di pengaruhi. Lingkungan yang buruk dapat menimbulkan kegiatan – kegiatan yang buruk juga, hingga dapat menelurkan penyakit – penyakit seperti HIV/AIDS ini.

No comments:

Post a Comment