PROFIL
PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN
KEJAR PAKET C SETARA SMA/MA MA’AHIDUL ‘IRFAN
PONDOK PESANTREN MA’AHIDUL ‘IRFAN
Bismillahirrohmanirrohim
MUQODIMAH
Firman Allah Subhanahu Wata’ala ;
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs Al Mujadilah, 11)
DATA DAN INFORMASI TENTANG
PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN KEJAR PAKET C
SETARA SMA/MA MA’AHIDUL ‘IRFAN
Nama Program : Kejar (Kelompok Belajar) Paket C
Nama Kejar : Ma’ahidul ‘Irfan
Alamat Kejar : Dusun Soropaten, desa Gandusari,
Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah, Kode pos 56151
No. Izin Penyelenggaraan : 188.4/18211/20.6a/2010
SK. Ditandatangani oleh : Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Kabupaten Magelang
Tanggal SK perizinan : 06 September 2010
Penyelenggara : Pondok Pesantren Ma’ahidul ‘Irfan
Alamat Pesantren : Dusun Soropaten, desa Gandusari,
Kecamatan Bandongan, Kebupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah, Kode pos 56151
Pendiri Pesantren : Simbah KH. Abdul Karim, Simbah KH. Sholih
No. Statistik Pesantren : 510033080130
Akte Notaris : Nomor 09 Tahun 2009
Notaris : Evie Junani, SH
Ketua/Pengasuh Pesantren : KH. Muhammad Aliyyul Munief Qst
Pengelola Kejar : Pengurus Komisariat Pesantren Putra
Bidang Tarbiyah, Madrasah Non Diniyah
Penanggung Jawab Kejar : Fajar Tri Anggono
: Koordinator Umum I Bidang Tarbiyah
Tempat KBM : Komplek Pondok Pesantren Ma’ahidul ‘Irfan
Alokasi waktu : Pagi Hari (05.30 s/d selesai)
Kurikulum : KTSP 2006
Awal Pembelajaran : Tahun Pelajaran 2010/2011
A. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN
Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia telah banyak berperan dalam kehidupan masyarakat dan dari Pondok Pesantrenlah dilahirkan kader-kader Muballigh/Muballighoh yang mana mereka sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan beragama. Namun yang menjadi hambatan adalah kondisi masalah sosial mereka yang kurang mencukupi untuk dijadikan sebagai generasi penerus bangsa dan agama. Sebab meskipun ilmu agama adalah pokok dari seluruh lapisan ilmu yang ada, akan tetapi hidup tanp ailmu sosial bagaikan makan nasi tanpa lauk, hidup akan terasa hampa, bagaikan warna yang pudar jika digambarkan dalam sehelai kertas.
Banyak orang yang mendekripsikan bahwa menempuh pendidikan umum hanyalah untuk memperoleh ijazah, pemikiran yang seperti itu sangatlah tidak benar. Hal yang penting dalam penempuhan pendidikan umum adalah agar murid terdidik sehingga menjadi makhluk sosial yang berkualitas, berdaya guna, multi guna, dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Ijazah di negara indonesia sangatlah penting dan perlu dimiliki oleh seseorang.
Ø Kenapa dengan ijazah? Apa istimewanya sehingga ijazah adalah sebagai penentu kompetensi seseorang dalam bekerja dan berkarya?
Ijazah adalah satu surat keterangan yang menerangkan bahwa yang bersangkutan telah menempuh suatu pendidikan dengan standar kelulusan, dan mestinya juga dengan nilai-nilai dan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. da’wah mereka terhambat, kepemimpinan mereka tidak diakui akan kemahiran dan kejeliannya dalam memimpin hanya dari satu faktor ini.
Ø Kenapa diliputkan memimpin? Bukankah santri dikaderkan untuk meneruskan perjuangan ulama?
Memang benar santri dikaderkan untuk menjadi apa saja. Petani, buruh sawah, buruh bangunan, tukang kayu, tukang batu, pmborong, dan lain sebagainya. Tapi bukankan pendidikan dalam ilmu sosial adalah penting baginya. Sebab mereka akan hidup di indonesia, yang mana di indonesia terdapat bermacam-macam kebudayaan, paham, hingga agama yang beraneka ragam. Sedangkan masalah sosial adalah masalah yang inti dalam kehidupan yang bermacam-macam ini. Sedangkan untuk mengimbangi kehidupan yang seperti itu, perlulah santri untuk mempelajari ilmu sosial. Ilmu sosial dalam islam disebut sebagai ilmu hikmah (kebijaksanaan), banyak santri yang mengidamkan syaikh, ulama besar yang bernama syaikh ghozali. Yang mana beliau adalah sebagai tumpuan ilmu hikmah bagi semua santri, dari kitab karangan beliau yang bernama ihya’ ulumuddin. Kitab ini mempelajari tentang kehidupan beragama, namun dibalik semua itu, kitab yang diyakini mengkaji keseluruhan ilmu agama ini masih mengandung banyak misteri diantaranya : kalam-kalam yang digunakan kebanyakan memajai kalam majaz yang berbentuk seperti sya’ir, sedangkan sya’ir adalah bagian dari ilmu kalam, dan ilmu kalam adalah termasuk dari ilmu politik. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa secara tidak langsung santri yang kesehariannya mengkaji kitab ihya’ ‘ulumuddin telah mempelajari ilmu politik.
Bukan hanya kitab tersebut, masih banyak kitab yang dipelajari di pesantren, yang sekilas seperti mengkaji dan mempelajari ilmu agama, namun ternyata menyimpan ilmu umum yang lain yang sangat penting bagi kehidupan sosial, sebagai contoh ; ilmu tauhid yang kajiannya adalah tentang tauhid dan keesaan Allah ternyata di dalamnya mempelajari ilmu astronomi dan perbintangan, kitab ushul fiqih secara tidak langsung juga mempelajari ilmu politik, ilmu nahwu secara tidak langsung mempelajari ilmu administrasi dan kesasteraan, ilmu shorof secara tidak langsung telah mengkaji ilmu system informasi, alqur’an secara tidak langsung telah menyimpulkan seluruh ilmu yang ada di dunia. Seperti adanya malam dan siang yang tidak pernah bersatu, adanya matahari dan bulan, astronomi, matematika, dan lain sebagainya.
Namun pemahaman tentang ilmu yang terkandung dalam beberapa fan ilmu agama itu tidak akan diketemukan apabila tidak dikaji secara rinci dan lebih mendalam. Maka dari itu sistem dalam pembelajaran di pesantrenpun mulai dirubah dan dikembangkan. Seiring dengan berkembangnya zaman, metode pembelajaran di Pondok Pesantren mengalami perubahan baik dari Kurikulum maupun kaifiyah pembelajaran. Perubahan metode pembelajaran dalam pesantren berpengaruh besar terhadap perkembangan minat dan bakat santri yang menghuni pondok pesantren tersebut. Metode pembelajaran dan istilah pendidikan di pesantren yang masih digunakan dari zaman dahulu yaitu ;
1. Bandungan, adalah suatu metode pembelajaran tatap muka secara langsung antara ustadz dan santri. Metode model ini adalah paling sederhana, tapi kurang efektif sebagai bahan pemahaman yang lebih terperinci, sebab yang ikut kajian dalam metode bandungan ini adalah keseluruhan warga pesanten yang muqim di dalam pesantren, atau bisa saja ditambah santri yang tidak muqim di dalam pesantren. Sehingga dapat diambil kesimpulan metode pengajian secara bandungan adalah metode pengajian dan pengkajian ilmu secara umum dan luas. Metode pengajian umum ini dinilai kurang efektif karena melihat kondisi pengajian umum yang berjalan di masyarakat, kebanyakan dari mereka hanya mendengarkan dan tidak menggali lebih dalam tentang apa saja yang telah disampaikan, berbeda dengan metode yang akan disampaikan di bawah ini.
2. Sorogan, adalah tatap muka langsung antara ustadz dan santri secara bertahap –satu persatu-. Metode ini adalah metode dimana santri dilatih kepahamannya secara privat oleh ustadz, dimana santri membaca dan mengkaju sebuah kitab, dan ustadz menyimak dan mengoreksinya sehingga kepahaman santri akan ilmu yang sedang dipelajarinya akan lebih masuk dan meresap. Namun kelamahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lebih lama, sebab pembelajaran santri dilakukan secara privasi dan dirasakan kurang efisien dalam pengalokasian waktu.
3. Balahan, adalah pembelajaran santri yang disimak oleh pengurus pesantren sebelum santri tersebut mengkaji dan menyetorkan kepada ustadz.
4. Hafalan, adalah suatu metode pembelajaran yang mengoptimalkan kinerja otak dengan menghafal beberapa kalimah dari kitab yang dipelajari sesuai dengan tingkatannya. Metode ini dinilai cukup untuk menghasilkan santri yang cerdas, namun dirasakan kurang dalam pemahaman, sebab orang yang kemampuan menghafalnya tinggi belum tentu paham akan ilmu yang dihafalkannya. Maka, dalam menanggulangi kesenjangan tersebut, biasanya ustadz selalu memerintah santrinya untuk menghafalkan kalimah yang berbahasa arab sekalian dengan terjemahan dan pemahaman/maknanya sebagai bahan pertimbangan jikalai saja santri tersebut tidak hafal akan bahasa arabnya, ia bisa paham maknanya, atau dia tidak paham dan tidak paham namun dia tahu maksud dari kalimaha yang diminta ustadz untuk menghafalnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman metode-metode yang tersebut diatas mulai dikembangkan dan dikemas dalam satu wadah yaitu berupa wadah kurikulum. Kurikulum merupakan suatu wadah yang mencakup waktu, standar kelulusan, standar pengkajian, standar nilai, dan alokasi waktu.
1. Cakupan waktu, kurikulum adalah program yang menjadikan penggalian ilmu dapat berjangka dan mempunyai target kelulusan sehingga dari pemahaman yang seperti ini, santri dapat berpikir untuk memaksimalkan pikiran ketika belajar di dalam pesantren dengan jangkauan dan target sesuai kemampuan yang dimiliki.
2. Standar kelulusan, ditentukan oleh masing-masing pihak pesantren. Standar ini biasanya disesuaikan keadaan dan kebutuhan yang akan dihadapi oleh santri yang mangkajinya, namun secara umum dan garis besar dtandar kelulusan santri adalah pengkajian alfiyah ibnu malik karangan imam muhammad ibnu malik al andalusi sebagai standar kelulusan dalam bidang ilmu nahwu, ihya’ ‘ulumuddin karangan imam ghozali dalam ilmu tasawuf, bukhori/muslim dalam ilmu hadits, i’anatutholibin dalam ilmu fiqih, dan lain sebagainya. Standar kelulusan yang dimaksud adalah standar yang dilihat dari aspek nilai yang didapatkan dengan cara imtihan (tes) dalam pesantren.
No comments:
Post a Comment