Thursday, 12 January 2012

PENDAHULUAN TAJWID


PENGENALAN TAJWID

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah semata, Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah memberikan beribu-ribu kesempatan kepada makhluknya untuk meningkatkan iman dan taqwa kepadaNya. Pada kesempatan kali ini, Alhamdulillah penulis berkeinginan untuk sharing tentang Tajwid Qiroah lil Quran. Mungkin bagian ini akan memakan waktu dan kesempatan lama dan membutuhakn tempat yang tidak sedikit untuk sharing tentang ilmu tajwid ini. Untuk itu, penulis menyusun penulisan ini secara berkala dan bersambung, mulai dari tajwid 1, 2, dst. Kenapa demikian? Karena tajwid ini mengampu beberapa hal. Adapun hal yang harus diketahui dalam memperdalam ilmu tajwid antara lain sebagai berikut.
1.      Pengertian Tajwid
2.      Makhroj Huruf
3.      Sifat Huruf
4.      Bacaan-bacaan yangterkandung dalam Alquran
5.      Hukum Waqaf dan Washal
Pada kesempatan perdana ini, penulis akan sharing tentang pendahuluan tentang pengertian Tajwid terlebih dahulu sebagai bekal untuk memperdalam ilmu ini secara berkelanjutan.
PENGERTIAN TAJWID
Menurut akar kata, Tajwid berasal dari kata Jaada>> bagus, baik. Kemudian diwazankan pada Fa’’ala dengan tasydid pada ‘ain fi’il sehingga mempunyai arti memperbaiki, membuat bagus. Kata jaada tersebut menjadi Jawwada, Yujawwidu, Tajwiidan. Arti Tajwiidan pada lafal tersebut adalah perbaikan, memperbaiki, memberikan kebaikan, memberikan hal yang bagus dan berarti, dan berbaikan. Sedangkan menurut istilah Tajwid adalah menyampaikan dan memberikan hak, sifat serta bacaan yang terkandung pada huruf sesuai dengan huruf tersebut. Sebagaimana Ibn Jazariyah Menyatakan bahwa: Tajwid adalah memberikan hak kepada huruf yang meliputi Sifat dan bacaan serta hak yang terkandung di dalamnya. Adapun hak, sifat dan bacaan di setiap huruf pasti memiliki criteria tersendiri. Untuk hal tersebut, akan penulis sharing di lain kesempatan, Isnya Allah.
Marji’ kalam Ibn Jazariyah adalah seperti tersebut di bawah ini.
وهو إعطاء الحروف حقها   من صفة لها ومستحقها
Keterangan dari qaul Ibn Jazariyah adalah sebagai berikut.
Yang dimaksud dengan memberikan hak kepada huruf, serta bacaan dan sifatnya adalah bahwa setiap huruf dalam arab (hijaiyah) itu memiliki criteria-kriteria tersendiri, mulai dari cara pembacaan, sifat, makhroj, dan hak yang harus disampaikan padanya. Sedangkan beberapa criteria tersebut tidak bisa diterapkan pada huruf lain. Contoh sederhana:
è Huruf alif adalah huruf yang tidak boleh menerima harokat, sedangkan jika diberi harokat huruf tersebut tidak lagi menjadi alif, namun akan menjadi Hamzah. Untuk hal ini hak huruf alif adalah tidak bisa menerima harokat.
è Huruf alif adalah huruf yang ringan, dan mempunyai sifatyang mudah dibaca, jika alif dibaca berat dan dibaca layaknya huruf yang mempunyai sifat berat, huruf tersebut tidak lagi menjadi alif namun akan menjadi huruf Ha. Dalam hal ini sifat huruf alif adalah ringan.
è Makhroj huruf alif terdapat pada ruangan langit-langit mulut. Jika makhroj alif didalamkan atau agak dikeluarkan sedikit, maka tidak lagi menjadi huruf alif lagi. Jika ke dalam akan menjadi Ha, jika keluar sedikit akan menjadi wawu atau fa’.
è Huruf alif tidak bisa menjadi awal kalimah, dan selalu dibaca ketika bersandingan huruf lain yang berharokat. Jika huruf alif dibaca di awal kalimah maka akan menjadi hamzah, dan jika dibaca sebelum huruf yang berharokat maka tidak bisa dibaca.
è Dan begitu seterusnya, penulis hanya mencontohkan 1 huruf saja sebagai perbandingan dalam pendalaman ilmu tajwid. Sedangkan untuk keterangan lebih lanjut tentang huruf akan penulis sharing di lain kesempatan dan lain tulisan, Insya Allah.
Tajwid dalam pembacaan Alquran adalah proses perbaikan pembacaan yang mencangkup 3 hal pokok, yaitu Tashih, Tartil, dan Tahsin.
1.      Tashih. Tashih adalah perbaikan dalam bacaan-bacaan yang meliputi huruf mati jika bertemu dengan sesame huruf mati atau huruf hidup maka huruf mati tersebut akan dibaca sedemikian rupa, bacaan dengung, keras, panjang, dan jelas dalam pembacaan. Istilah tashih ini yang sering disebut orang awam dengan tajwid qiroah. Yaitu tajwid qiroah yang meliputi Tanwin, Nun Mati, Mim Mati, Mad, Tafkhim, Tarqiq, dan lain sebagainya. Contoh tashih yaitu seperti tersebut di bawah ini.
a.       Ketika ada tanwin atau nun mati bertemu dengan huruf ha’, cha, Kho, hamzah, ghoin, dan ‘ain maka tanwin dan atau nun mati tersebut dibaca keras dan jelas layaknya tanwin dan nun mati secara awam.
Contoh: انْهَار  (Anhaar), منْ خَير (Min Khoirin), dan lain sebagainya.
b.      Ketika ada mim mati bertemu dengan huruf yang sama (mim yang berharokat), maka dibaca dengung dengan memasukkan mim awal kepada mim yang kedua.
Contoh: ممْ مَارة (Mimmmaaroh), dan lain sebagainya.
c.       Ketika ada hamzah terletak setelah alif dalam 1 kalimah, maka panjang alif tersebut wajib dibaca sepanjang 3 alif/ 6 ketukan.
Contoh: جاءَ (Jaa aa aa a), dan lain sebagainya.
Untuk keterangan lebih lanjut tentang bacaan ini akan penulis sambung di lain kesempatan, yaitu pada tajwid 4 insya Allah.
2.      Tartil, yaitu memperbaiki huruf dan mengetahui waqaf (tanda henti). Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa tartil dalam tajwid tertuju pada pembacaan cepat dan lambatnya suatu bacaan Alquran. Ketika suatu huruf telah diketahui makhroj dan sifatnya, mungkin saja pembacaanya akan lebih cepat dibandingkan dengan huruf yang belum diketahui makhroj dan sifatnya. Pembahasan waqaf (tanda henti) juga disinggung dalam criteria tartil, yaitu pemberhentian ketika kita membaca Alquran yang sesuai dengan pengertian dan arti yang sesungguhnya. Sebagai contoh ayat pada surat Al Ma’un : 4 yang berbunyi فويل للمصلين (Celakalah bagi orang-orang yang Shalat). Dalam mushaf ‘Utsmani, ayat tersebut ditulis dan bertanda waqaf, padahal jika dilihat dan dipelajari dari arti kata ayat tersebut tidak berhenti. Pertanyaan yang muncul adalah Apakah kita sebagai orang muslim (yang biasa melakukan shalat) akan berhenti pada ayat tersebut atau akan diteruskan ke ayat selanjutnya? Problematika seperti inilah yang ada pada pembahasan tartil, yaitu tentang perbaikan dalam bacaan yang meliputi pemberhentian bacaan ayat dalam Alquran. Untuk keterangan tentang tartil akan penulis sharing ilmunya pada tajwid sesi terakhir, Insya Allah.
3.      Tahsin, adalah perbaikan yang meliputi gabungan dari kedua unsure di atas dengan ditambah perbaikan suara dan lagu yang sesuai dengan cerita dan makna yang terkandung dalam Ayat Alquran. Meski tahsin sebenarnya tidak termasuk dalam penggolongan ilmu tajwid Qiroah Alquran, namun diikutkan dalam cakupan limu tajwid karena suara yang bagus dan penghayatan yang tinggi akan memperbagus Alquran. Pendalaman tahsin dan pendalaman tentang pengertian ayat demi ayat, kata demi kata dalam Alquran lebih diperdalam pada ilmu tafsir Alquran. Wallahu A’lam.

Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah wajib, sebagaimana Ibn Jazari menyatakan
والاخذ بالتجويد حتم لازم  من لم يجود القران اثم
Mempelajari Ilmu tajwid adalah kewajiban yang pasti, barang siapa yang tidak menggunakan tajwid ketika membaca Alquran maka berdosalah orang tersebut.

Selain hal tersebut, Nabi Muhammad bersabda.
رب قارئ القران والقران يلعنه
Banyak orang yang membaca Alquran, namun Alquran-lah yang melaknatnya.

Hal tersebut terjadi karena pembacaan orang tersebut hanyalah lelahan (menganggur, tiada guna), tidak menggunakan tajwid. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seyogyanya setiap muslim membekali diri dengan ilmu yang tidak kalah penting wajibnya dengan ilmu fiqih, syafa’, dan ilmu tauhid. Hal tersebut dikarenakan bahwa ketika kita shalat, bacaan Alfatihah dalam shalat adalah wajib sedangkan jika Alfatihah tidak sempurna, maka shalat tidak sempurna, sedang ketika shalat tidak sempurna maka amaliyah keseharian kita kurang sempurna. Wallahu A’lam.
Demikian sedikit pendahuluan tentang pengertian Tajwid, untuk hal yang lebih lanjut tentang pendalaman ilmu tajwid akan penulis sharing di kesempatan lain, Insya Allah.
Alhamdulillahirabbil ‘alamien.

No comments:

Post a Comment