MENGEJAR CITA
Karya: Naila Malihatun Nafisah
Pagi yang diselimuti kabut, Doni ingin sekali bersekolah. Akan
tetapi karena kondisi keuangan keluarganya yang tidak mencukupi, dia terpaksa
mengurungkan niatnya. Dia sangat kecewa, tetapi harus bagaimana lagi, Doni
tidak bisa melanjutkan sekolah karena harus membantu ibunya yang sehari-hari
mencari nafkah sebagai penjual nasi. Doni hanya bisa membantu ibunya berjualan
nasi pecel.
Sejak ayahnya meninggal, ekonomi keluarha Doni tidak stabil, semua
beban ditanggung ibunya dan Doni, karena Doni adalah anak sulung keluarga.
Mereka berusaha keras mengumpulkan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka
berharap mendapat rezeki lebih agar Doni bisa bersekolah kembali.
Ketika Doni berangkat menjajakan koran, tanpa disengaja dia bertemu
dengan temannya yang bernama Tina, anak dari Kepala Sekolah. Tiba-tiba Tiba
menoleh ke arah Doni lalu Tina menghampiri Doni. Doni merasa malu karena tidak
bersekolah
“Don, kenapa kamu tidak bersekolah?” tanya Tina.
“Kamu tahu kan keluargaku tidak punya apa-apa. Nih lihat sekarang
aku jadi penjual koran.” Jawab Doni dengan sedih.
“Oh, maaf ya Don, aku jadi buat kamu sedih. Kapan-kapan aku main ke
rumah kamu ya?” kata Tina.
“Ya, tapi rumahku berantakan, tidak seperti rumahmu. Rumahmu
bagus.” Jawab Doni.
“Ah, ya nggak apa-apa kok. Ya udah aku berangkat sekolah dulu ya?”
Kata tina seperti biasa.
Doni menjual koran dengan semangat luar biasa, Doni benar-benar
tidak merasakan lelah meskipun terik matahari siang itu sangat membakar di
kulit. Doni masih tetap semangat dan termotifasi untuk mengumpulkan uang yang
banyak agar bisa melanjutkan sekolah dan mewujudkan cita-citanya. Doni berharap
hari itu, dia memperoleh hasil yang banyak dalam menjual koran.
Pada saat Doni menyeberang jalan untuk mengejar pembeli korannya,
tidak disangka-sangka sebuah mobil menyenggolnya. Dia terjatuh ke pinggir jalan
sampai tak sadarkan diri dan koran dagangannya jatuh berantakan. Wanita yang
mengendarai mobil itu turun dan memarahi Doni yang belum sadar.
Ketika Doni sadar, dia mendengar wanita itu memarahinya karena
menyeberang jalan ketika lampu lalu lintas masih berwarna hijau, padahal tidak.
Doni menyeberang jalan ketika lampu lalu lintas sudah berwarna merah. Mobil dan
motor sudah berhenti, hanya ibu itu saja yang masih menjalankan mobilnya.
Banyak saksi yang melihat bahwa Doni tidak bersalah.
Doni tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya menatap korannya yang
berantakan dan tidak dapat dijual lagi. Doni hanya bisa diam dan menangis
ketika dikatakan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan itu. Doni hanya pasrah
dan berharap kejadian itu tidak berulang lagi.
Akhirnya Doni pulang tidak membawa seperakpun uang di tangannya.
“Ya Allah kenapa hamba diberi cobaan seperti ini?” Keluh Doni. Sesampainya di
rumah Doni terkejut karena Tina dan ayahnya datang ke rumahnya. Mereka sedang
berbincang-bincang kepada ibu Doni. Doni masuk ke rumah mengucapkan salam dan
menanyakan maksud kedatangan ayah Tina. Tidak diduga ayah Tina menawarkan untuk
bersekolah gratis di sekolah ayah Tina, semuanya akan dibayarkan ayah Tina.
Betapa senangnya Doni dan ibunya, sampai-sampai mereka ingin mencium kaki ayah
Tina. Doni berterima kasih kepada ayah Tina. Tiba-tiba Doni mengatakan “AKU
AKAN MENGEJAR CITA-CITAKU SETINGGI LANGIT.”
No comments:
Post a Comment