Thursday 4 August 2016

Cerpen Cinta Kasih sang Rembulan


 
CINTA KASIH SANG REMBULAN
Di tengah heningnya malam di hiasi indahnya sinar rembulan yang menawan, dalam hati aku berkata”indahnya rembulan itu yang dikelilingi tiga bintang kecil yang berkerlip merayu sang rembulan”, rembulan pun tersenyum gembira melihat bintang kecil merayu didepan nya, karena bintang tak mungkin berkerlip bila sang rembulan tak mau memberikan sinarnya, sinar rembalan yang begitu terang menyinari alam semesta ini, semua keadaan gelap pun menjadi terang karena sinarnya. Semakin hening nan damai ku rasakan ditambah nyayian burung hantu yang merdu.
Didalam rumah bambu terdengar rengekan tiga anak kecil yang menangis, Rozi adalah salah satu dari ketiga anak seorang janda dirumah itu, Rozi dan kedua saudaranya duduk didepan dapur tempat ibunya memasak, sambil menangis rozi dan kedua saudaranya berkata“ bu kami lapar, bu kami lapar, bu kami lapar?“
“nak bersabarlah ibu cari hutangan beras dulu kepada tetangga untuk makan hari ini“  ibu khomsah yang sedang memasak air menjawab rengekan ketiga anaknya yang kelaparan, dengan rasa sakit dan hati yang tak kuasa membendung air mata melihat ketiga anak nya merengek nangis karna lapar, mata yang keriput itu pun berkaca-kaca berlinanglah air mata belas kasih sayang kepipinya yang belepotan angus karna habis meniyupi tungku yang buat memasak dengan menggunakan kayu bakar.   
dengan membawa kucuran air mata yang semakin deras ibu khomsah beranjak dari tempat duduknya berjalan menapakan kakinya yang hitam nan kurus itu menuju rumah tetangganya.sesampainya disana ibu khomsah dilanda rasa ragu-ragu dan takut mendekati rumah tetangganya“kemarin kan aku baru saja meminjam beras, masak sekarang mau pinjam lagi, tapi taka apa ah kasian anak-anak ku dirumah kelaparan, demi anak-anakku akua akan menanggung semua resikonya apa pun yang ter jadi nanat” dalam hati ibu khosah berkata, ragu-ragu
“tok tok tok, Assalamu’alaikum“ sambil menghapus air mata di pipinya yang keriput ibu khomsah mengayunkan tangan kanannya  mengetok pintu dan menggucapkan salam.
“wa’alaikumsalam, siapa ya..?“ibu anis, pemilik rumah yang sedang meja membaca Koran. duduk bertumpang kaki diatas sofa dan ngemil krizpi yang berada diatas pangkuannya mulutnya yang belum selesai mengunyah dengan suara lantang dia menjawab salam ibu khomsah 
“saya bu komsah“ sambil tertunduk ibu komsah menjawab pelan
pintupun tak ter buka-buka ibu khomsah hanya diam dan termenung didepannya, sambil teringat ketiga anaknya dirumah.
“astagfiruallahal ‘azdim“ ibu khomsah kaget tiba-tiba kaki besar pendek memakai celana legeng berdiri didepannya. Ibu khomsah yang lagi termenung teringat ke tiga anak nya dia tak tahu kalau Daun pintu sudah di buka dan ibu anis sudah berdiri didepannya,
“kenapa bu? kaget? kayak lihat king-kong aja“ dengan bola mata yang hampir keluar ibu anis bertanya ke ibu khomsah, kesal.
“ng ng enggak papa kok bu Cuma kaget aja“
“ada keperluan apa! bu khomsah datang kemari, mau pinjam beras lagi? yang kemari aja belum ibu lunasi masak sekarang mau meminjam lagi, uh sorry ya“ dengan nada galak dan meng hina ibu anis tak mau meminjamkan beras .
“tapi kasian anak saya dirumah bu“
“itukan derita ibu, sudah sana ibu pulang aku sudah mau muntah lihat ibu, udah, bauk, hitam, kurus, dan. lihat baju dan rok ibu dekil robek-robek lagi  ih dah sana cepat pulang“  ibu anis dengan kejamnya mengusir ibu khomsah.
“ ta…”
“darrr!“
“astagfiruallahal ‘azdim“ belum selesai ibu khomsah mengucapkan kata ”tapi” ibu khomsah sudah dikagetkan dengan suara pintu yang ditutup dengan sangat keras” ini kedua kalinya aku dikagetkan oleh ibu anis, semoga saja allah memberikan hidayahNya pada bu anis“ gunemnya dalam hati.
            kecewa, gundah, malu dan lara ibu khomsah menggulung semua rasa itu dalam hatinya dengan kepla ter tertunduk ia berjalan pelan meninggalkan rumah ibu anis.
Angin kemarau yang bertiup kencang menambah suasana hati ibu khomsah semakin gundah,
Ibu khomsah menhentikan langkah kakinya sambil melihat tangannya yang kosong tak membawa apa-apa dalam hatinya ia ber do’a“ya allah apakah aku pantas menjadi seorang ibu, member makan tiga anak amanah Mu saja aku tak kausa. Ya Allah berikanlah hambamu ini petujuk, bukakanlah jalan rizqi Mu pada hamba yang hina ini karna engkau sebaik-baiknya zdat yang memberikan rizki dan enkau maha pengasih lagi maha penyayang“ dengan keyakinan dan keteguhan hati bahwa allah itu tak buta dan tak tuli, Allah pasti mendengar do’a hambaNya dan menolong hambanya yang lagi kesusahan.
“tes tes tes“ tak terasa air mata ibu khomsah menetes lagi. Debu depan rumah ibu anis yang kering karna panasnya musim kemarau terbasai oleh tetesan-tetesan air mata kesedihan ibu khomsah.
“Assalamu’alaikum bu khomsah“ tiba-tiba ada seorang memengang selendang menggendon belanja mengucapkan salam pada bu khomsah.
“wa’alaikumsalam, e….bu karomah“ sembari menghapus air mata di pipinya bu khomsah menjawab salam bu karomah tetangga dekatnya yang kebetulan liwat habis pulang dari pasar.
“lagi apa bu di situ?“ Tanya bu karomah, heran
“ini habis dari rumah ibu anis“
“ibu khomsah menangis ya“
“ngak kok bu“ dengan ter tunduk ibu khomsah menjawab, malu
“jangan bohong bu dari raut wajah ibu keli hatan kalau ibu khmsah itu habis menangis, cobadeh bilang sama saya masalah ibu sipa thu saya bisa membantu ibu khomsah” bu karomah yang merasa kasihan mencoba membujuk ibu khomsah untuk mengatakan masalahnya pada bu karomah .
Bu khomsah akhirnya menceritakan masalahnya dan apa yang ter jadi padanya tadi. Perasaan sesama perempuan pun timbul di benak ibu karomah tanpa sadar butir demi butir air mata di teteskan oleh  kedua mata bu karomah.
Dengan rasa belaskasih bu karomah memberikan sedikit makanan, beras dan uang kepada bu khomsah,
“bu ini ada sedikit rejeki untuk bu khomsah mohon diterima” bu karomah menurunkan belanjaannya lalu mengambil makanan, beras dan uang tuk diberikan kepada bu khomsah
“ tak usah repot-repot bu“ , ibu khomsah menolak pemberian ibu karomah,
“tak apa bu terima saja ini rejeki dari Allah buat ibu dan anak ibu di rumah saya hanya menjadi perantara Nya saja untuk memberikan rejeki ini, semua yang saya lakukan atas kehenda Nya bukan atas kehendak dan kemauan saya, jadi mohon diterima ya bu, semoga saja ber mangfaat buat ibu dan anak ibu bdi rumah,
“kalau begitu saya terima semoga Allah membalas lebih atas kebaikan ibu karomah”sambil mennenteng baran-barang pemberian bu karomah ibu khomsah meruduk sedikit dan mendo’akan bu karomah
“Amin“ dengan ter senyum ibu karomah menjawab do’a“sekarang bu khomsah pulang kasian anak-anak ibu sudah menunggu kedatangan ibu“, bu karomah sambil memegang kedua pundak bu khomsah ia menyuruhnya pulang bu khomsah  karna ketiga anaknya sudah menunggunya
“kalau begitu aku mohon pamit, assalamu’alaikum”, ibu khomsah dengan semyum gembira mengucapkan salam perpisahan pada ibu karomah,
“wa’alaikumsalam” bu karomah menjawab sembari berkata dalam hatinya sunggu besar perjuangan mu bu khomsah semoga Allah memberikan kesabaran untuk mu dan kekuatan menjalani cobaan-Nya
Dengan membawa hati gembira ibu khomsah menapakan kaki menuju rumahnya yang hampir roboh sesampainya dirumah ibu khomsah sudah disapa oleh ketiga anak nya, rozi dan kedua saudaranya yang melihat ibu mereka pulang langsung berlari dan berteriak ”ibu……”
Bu khomsah dengan berlinang air mata memeluk ketiga anaknya, rozi dan kedua saudaranya yang melihat sang ibu meneteskan air mata dengan memeluk erat sang ibu mereka meminta maaf,
“ibu kami meminta maaf karna selalu membuat ibu repot dan susah karna kami”, air mata ibu khomsah menjadi semakin deras mendengar ketiga anaknya meminta maaf, dia berkata”tak apa-apa nak itu sudah menjadi kewajiban seorang ibu menjaga dan menyanagkan buah hatinya” 
“sekarang kalian makan ibu tadi memper oleh rejeki makanan untuk kalian”bukhomsah melepaskan pelukan nya dan menyuruh anak nya makan makanan yang dibawanya, , rozi dan kedua saudaranya akhirnya bisa mengisi perut mereka yang kelaparan, ibu khomsa pun tersenyum memandangi ketiga anaknya makan .
“Allahuakbar Allahuakbar“ terdengar lantang suara muazdin mengagungkan Allah dengan mengumandangkan azdannya .
Waktu sholat dhuhur pun tiba bu khomsah menyuruh ketiga anaknya yang yang sedang makan untuk mengambil air wudhu dan bersip-siap sholat dhuhur .
“anak-anak setelah makan kalian berwudhu lalu kemasjid sholat dhuhur ya“
“baik bu“ rozi < 12 th > anak ketiga dari tiga bersaudara sambil mengunyah-ngunyah makanan terkhir yang masih tersisa di mulutnya ia men jawab ibunya
“nikmah dan doni dirumah aja jangan ikut kemasjid karna kalian masih kecil“
“iya bu“ dengan wajah yang lucu meka menjawab singkat perintah sang ibu mereka
            Sarung, kupia, baju koko sudah lengkap rozi dengan wajah riang dia pergi ke masjid untuj melakaukan ibadah sholat dhuhur.sesampenya di sana.
“e… akukan belum berwudhu kata ustazd fahrur kan sholat seseorang itukan tidak sah bila tanpa berwudhu. Wudhu dulu ah” tiba-tiba rozi teringgat kalau dirnya belum wudhu. Diapun melepas semua peralatan sholatnya dan memakai serandal meli merah hijaunya lalu ia menuju tempat wudhu yang jaraknya kurang lebih  sepuluh meter dari masjid.
“Sholaatum tum tum tum tum……apa ya?” rozi berjalan sambil geleng-geleng dan manggut-manggut mendendangkan sholawat tapi dia lupa akan kelanjutan syiir sholawat yang ia dendangkan. akhirya ia Cuma mendendangkan sholawat dengan syaiir seadanya yang ia hafal.keenakan bergeleng-geleng dan manggut-manggut bersholawat ”bruk” ia menabrak seseorang didepannya
“innalilahi wa innailaihirojiun roz, rozi”fahrur pak ustazd yang mengajar ngaji rozi kaget ter tabra diriya 
“maaf pak ustadz keenakan membaca sholawat jadi gak tau kalau pak ustadz ada di depan saya” tanpa mengurangi rasa tawaduknya pada guru rozi meruduk cengar-cengir meminta maaf atas kehilafannya.
“dah sana cepat berwudhu ntar kamu telat lagi sholatnya” perintah pak fahrur pada muridnya mendidik kedisiplinan pada muridnya.
“ya pak ustadz permisi mohon liwat assalamualaikum” dengan rasa malu ia berjalan pergi ber pamitan pada pak fahrur.
“Waalaikumsalam”
 Basuhan demi basuhan pun ia lakukan untuk menyempunakan wudhunya setelah selesai lalu ia beranjak kembali kemasjid menunaikan sholat dhuhur.setelah takbir, niat rokaat demi rokaat sholat dhuhurpun ia lakukan.
“assalamualaiku warohmatullah. assalamualaiku warohmatullah” dua salam telah di ucapkan rozi mertandakan usainya sholat dhuhur. Dia pun membaca wirid-wirid yang sudah diajarkan oleh pak ustadz.semua wirid sudah dibacanya rozi mengangkat tangannya yang hitam dan kurus itu keatas dia pun siap melontarkan do’a-do’anya.
   “ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ampunilah dosa-dosa ku dan dosa ke dua orang tuaku tempat kanlah ayah ku ditempat yang mulya di sisih Mu, berikanlah ibuku ketabahan dan ketawakalan atas semua cobaan Mu, bukakanlah pintu rizqi yang halal padanya kasihanilah mereka sebagai mana mereka mengasihi ku dari waktu kecil sampe sekarang.ya Allah berikan kejayaan dan ampunan pada umat islam didunia ini. Jadikanlah kami anak-anak yang sholeh dan sholihah yang bisa membanggakan kedua orang tua kami. Robbana atina fiddunya kasanah wafil akhirati kasanah washolallahu ‘ala saiyidina Muhammad, Amin wal halhamdulillahirobilalamin”
“sholat udah wirid udah berdo’a juga udah berarti sekarang waktunya aku pulang nea” katanya dalam hati sambil menghitung apa yang sudah ia kerjakan dengan jari-jarinya.
Diapun berkemas-kemas pulang dengan seraldal melinya ia berjalan pulang sebelum dia masuk kerumah diapun tak lupa mengucapkan salam.
“assalamualaikum”terdengar sura cemeng si rozi dari dalam rumah
“wa’alaikumsalam emas rozi udah ulang” dengan hangat kedua adik rozi menyambut
“dek ibu dimana”
“ibu disini nak, kamu dah pulan” jawab ibunya yang sedang menanak nasi didapur mendengar rozi anaknya mencarinya
“iya bu”jawabnya sambil berjalan bersama adek-adeknya menghampiri ibunya yang sedang memasak di dekat ibu mereka rozi ditanya oleh ibunya 
“tak lupa tow kamu sesudah sholat berdo’a untuk ayah, ibu dan juga adek-adek kamu”
“tak lupa dong bu kan aku sayang ibu, ayahdan adek” jawabnya sambil tersenyum di depan sang ibu.
Sambil menunggu tanaknya nasi sang ibu bertannya pada ke tiga anaknya tentang keinginan dan cita-cita mereka
“setelah kalian besar nanti kalian mau jadi apa”
“aku mau jadi dokter” dengan mengangkat tangannya rozi anak pertama dari tiga bersau dara mengatakan cita-citanya pada sang ibu. Disusul si nikmah anak bu khomsah yang ke dua.
“kalau aku mau jadi perawat biar bisa bantu mas rozi menyembuh kan pasien”
“kalau doni mau jadi apa” Tanya bu khomsah pada si bungsu yang masih ber umur 4empat tahun.
“kalau adek mau jadi superman”
“lo kok jadi super man” Tanya bu khomsah sambil tertawa.
“iya biar bisa menolong bayak orang dan terbang…” sambil memeragakan gaya terbang super man dengan tangan kanan melentang ke atas dan tangan kiri melipat ke dada sibungsu berlari-lari mutar-mutar sambil bahagia, rozi dan nikmah yang melihat adek mereka yang berlari-lari kayak super man tertawa gembira, sang ibu yang melihat anaknya tertawa gembira ia haya tersenyum dan berkata dalam hatinya
“sungguh mulia cita-cita kalian nak semoga Allah meridhoinya, karna tanpa ridho Allah kita tak bisa apa-apa.
Terpancarlah cahaya kasih sayang dan kebahagiaan dirumah bambu itu walupun mereka tak tau apa yang akan mereka makan besok tapi Allah maha adil pasti Allah member makan pada hambanya yang hidup di dunia ini. Itu keyakinan bu khomsah yang selama ini di peganginya.dan alngkah mulianya hati seorang ibu pada anaknya kasih sayang yang ia berikan tak pernah pudar dan tak pernah fana cinta dan kasih sayang pun selalu kekal dalam hatinya, bagaikan rembulan menyinari malam yang gelap, seorang anak tak mungkin bisa melihat keindahan alam semesta bila tanpa sinar kasih sayang sang ibu dan tak ada seorang anak yang bisa membalas kebaikan sang ibu kepadanya walaupun dia bisa memberikan dunia ini pada ibunya.
Oleh : fahrurozi

No comments:

Post a Comment