CINTA KASIH SANG REMBULAN
Di
tengah heningnya malam di hiasi indahnya sinar rembulan yang menawan, dalam
hati aku berkata”indahnya rembulan itu yang dikelilingi tiga bintang kecil yang
berkerlip merayu sang rembulan”, rembulan pun tersenyum gembira melihat bintang
kecil merayu didepan nya, karena bintang tak mungkin berkerlip bila sang
rembulan tak mau memberikan sinarnya, sinar rembalan yang begitu terang
menyinari alam semesta ini, semua keadaan gelap pun menjadi terang karena
sinarnya. Semakin hening nan damai ku rasakan ditambah nyayian burung hantu
yang merdu.
Didalam
rumah bambu terdengar rengekan tiga anak kecil yang menangis, Rozi adalah salah
satu dari ketiga anak seorang janda dirumah itu, Rozi dan kedua saudaranya
duduk didepan dapur tempat ibunya memasak, sambil menangis rozi dan kedua
saudaranya berkata“ bu kami lapar, bu kami lapar, bu kami lapar?“
“nak
bersabarlah ibu cari hutangan beras dulu kepada tetangga untuk makan hari ini“ ibu khomsah yang sedang memasak air menjawab
rengekan ketiga anaknya yang kelaparan, dengan rasa sakit dan hati yang tak
kuasa membendung air mata melihat ketiga anak nya merengek nangis karna lapar, mata
yang keriput itu pun berkaca-kaca berlinanglah air mata belas kasih sayang
kepipinya yang belepotan angus karna habis meniyupi tungku yang buat memasak
dengan menggunakan kayu bakar.
dengan
membawa kucuran air mata yang semakin deras ibu khomsah beranjak dari tempat
duduknya berjalan menapakan kakinya yang hitam nan kurus itu menuju rumah
tetangganya.sesampainya disana ibu khomsah dilanda rasa ragu-ragu dan takut
mendekati rumah tetangganya“kemarin kan aku baru saja meminjam beras, masak sekarang
mau pinjam lagi, tapi taka apa ah kasian anak-anak ku dirumah kelaparan, demi
anak-anakku akua akan menanggung semua resikonya apa pun yang ter jadi nanat”
dalam hati ibu khosah berkata, ragu-ragu
“tok
tok tok, Assalamu’alaikum“ sambil menghapus air mata di pipinya yang keriput
ibu khomsah mengayunkan tangan kanannya
mengetok pintu dan menggucapkan salam.
“wa’alaikumsalam,
siapa ya..?“ibu anis, pemilik rumah yang sedang meja membaca Koran. duduk
bertumpang kaki diatas sofa dan ngemil krizpi yang berada diatas pangkuannya
mulutnya yang belum selesai mengunyah dengan suara lantang dia menjawab salam
ibu khomsah
“saya
bu komsah“ sambil tertunduk ibu komsah menjawab pelan
pintupun
tak ter buka-buka ibu khomsah hanya diam dan termenung didepannya, sambil
teringat ketiga anaknya dirumah.
“astagfiruallahal
‘azdim“ ibu khomsah kaget tiba-tiba kaki besar pendek memakai celana legeng
berdiri didepannya. Ibu khomsah yang lagi termenung teringat ke tiga anak nya
dia tak tahu kalau Daun pintu sudah di buka dan ibu anis sudah berdiri
didepannya,
“kenapa
bu? kaget? kayak lihat king-kong aja“ dengan bola mata yang hampir keluar ibu
anis bertanya ke ibu khomsah, kesal.
“ng
ng enggak papa kok bu Cuma kaget aja“
“ada
keperluan apa! bu khomsah datang kemari, mau pinjam beras lagi? yang kemari aja
belum ibu lunasi masak sekarang mau meminjam lagi, uh sorry ya“ dengan nada
galak dan meng hina ibu anis tak mau meminjamkan beras .
“tapi
kasian anak saya dirumah bu“
“itukan
derita ibu, sudah sana ibu pulang aku sudah mau muntah lihat ibu, udah, bauk, hitam,
kurus, dan. lihat baju dan rok ibu dekil robek-robek lagi ih dah sana cepat pulang“ ibu anis dengan kejamnya mengusir ibu khomsah.
“
ta…”
“darrr!“
“astagfiruallahal
‘azdim“ belum selesai ibu khomsah mengucapkan kata ”tapi” ibu khomsah sudah
dikagetkan dengan suara pintu yang ditutup dengan sangat keras” ini kedua
kalinya aku dikagetkan oleh ibu anis, semoga saja allah memberikan hidayahNya
pada bu anis“ gunemnya dalam hati.
kecewa, gundah, malu dan lara ibu
khomsah menggulung semua rasa itu dalam hatinya dengan kepla ter tertunduk ia
berjalan pelan meninggalkan rumah ibu anis.
Angin
kemarau yang bertiup kencang menambah suasana hati ibu khomsah semakin gundah,
Ibu khomsah
menhentikan langkah kakinya sambil melihat tangannya yang kosong tak membawa
apa-apa dalam hatinya ia ber do’a“ya allah apakah aku pantas menjadi seorang
ibu, member makan tiga anak amanah Mu saja aku tak kausa. Ya Allah berikanlah
hambamu ini petujuk, bukakanlah jalan rizqi Mu pada hamba yang hina ini karna
engkau sebaik-baiknya zdat yang memberikan rizki dan enkau maha pengasih lagi
maha penyayang“ dengan keyakinan dan keteguhan hati bahwa allah itu tak buta
dan tak tuli, Allah pasti mendengar do’a hambaNya dan menolong hambanya yang
lagi kesusahan.
“tes
tes tes“ tak terasa air mata ibu khomsah menetes lagi. Debu depan rumah ibu
anis yang kering karna panasnya musim kemarau terbasai oleh tetesan-tetesan air
mata kesedihan ibu khomsah.
“Assalamu’alaikum
bu khomsah“ tiba-tiba ada seorang memengang selendang menggendon belanja
mengucapkan salam pada bu khomsah.
“wa’alaikumsalam,
e….bu karomah“ sembari menghapus air mata di pipinya bu khomsah menjawab salam
bu karomah tetangga dekatnya yang kebetulan liwat habis pulang dari pasar.
“lagi
apa bu di situ?“ Tanya bu karomah, heran
“ini
habis dari rumah ibu anis“
“ibu
khomsah menangis ya“
“ngak
kok bu“ dengan ter tunduk ibu khomsah menjawab, malu
“jangan
bohong bu dari raut wajah ibu keli hatan kalau ibu khmsah itu habis menangis, cobadeh
bilang sama saya masalah ibu sipa thu saya bisa membantu ibu khomsah” bu
karomah yang merasa kasihan mencoba membujuk ibu khomsah untuk mengatakan
masalahnya pada bu karomah .
Bu
khomsah akhirnya menceritakan masalahnya dan apa yang ter jadi padanya tadi. Perasaan
sesama perempuan pun timbul di benak ibu karomah tanpa sadar butir demi butir
air mata di teteskan oleh kedua mata bu
karomah.
Dengan
rasa belaskasih bu karomah memberikan sedikit makanan, beras dan uang kepada bu
khomsah,
“bu
ini ada sedikit rejeki untuk bu khomsah mohon diterima” bu karomah menurunkan
belanjaannya lalu mengambil makanan, beras dan uang tuk diberikan kepada bu
khomsah
“ tak
usah repot-repot bu“ , ibu khomsah menolak pemberian ibu karomah,
“tak
apa bu terima saja ini rejeki dari Allah buat ibu dan anak ibu di rumah saya
hanya menjadi perantara Nya saja untuk memberikan rejeki ini, semua yang saya
lakukan atas kehenda Nya bukan atas kehendak dan kemauan saya, jadi mohon
diterima ya bu, semoga saja ber mangfaat buat ibu dan anak ibu bdi rumah,
“kalau
begitu saya terima semoga Allah membalas lebih atas kebaikan ibu karomah”sambil
mennenteng baran-barang pemberian bu karomah ibu khomsah meruduk sedikit dan
mendo’akan bu karomah
“Amin“
dengan ter senyum ibu karomah menjawab do’a“sekarang bu khomsah pulang kasian
anak-anak ibu sudah menunggu kedatangan ibu“, bu karomah sambil memegang kedua
pundak bu khomsah ia menyuruhnya pulang bu khomsah karna ketiga anaknya sudah menunggunya
“kalau
begitu aku mohon pamit, assalamu’alaikum”, ibu khomsah dengan semyum gembira
mengucapkan salam perpisahan pada ibu karomah,
“wa’alaikumsalam”
bu karomah menjawab sembari berkata dalam hatinya sunggu besar perjuangan mu bu
khomsah semoga Allah memberikan kesabaran untuk mu dan kekuatan menjalani
cobaan-Nya
Dengan
membawa hati gembira ibu khomsah menapakan kaki menuju rumahnya yang hampir
roboh sesampainya dirumah ibu khomsah sudah disapa oleh ketiga anak nya, rozi
dan kedua saudaranya yang melihat ibu mereka pulang langsung berlari dan
berteriak ”ibu……”
Bu
khomsah dengan berlinang air mata memeluk ketiga anaknya, rozi dan kedua
saudaranya yang melihat sang ibu meneteskan air mata dengan memeluk erat sang
ibu mereka meminta maaf,
“ibu
kami meminta maaf karna selalu membuat ibu repot dan susah karna kami”, air
mata ibu khomsah menjadi semakin deras mendengar ketiga anaknya meminta maaf, dia
berkata”tak apa-apa nak itu sudah menjadi kewajiban seorang ibu menjaga dan
menyanagkan buah hatinya”
“sekarang
kalian makan ibu tadi memper oleh rejeki makanan untuk kalian”bukhomsah
melepaskan pelukan nya dan menyuruh anak nya makan makanan yang dibawanya, , rozi
dan kedua saudaranya akhirnya bisa mengisi perut mereka yang kelaparan, ibu
khomsa pun tersenyum memandangi ketiga anaknya makan .
“Allahuakbar
Allahuakbar“ terdengar lantang suara muazdin mengagungkan Allah dengan
mengumandangkan azdannya .
Waktu
sholat dhuhur pun tiba bu khomsah menyuruh ketiga anaknya yang yang sedang
makan untuk mengambil air wudhu dan bersip-siap sholat dhuhur .
“anak-anak
setelah makan kalian berwudhu lalu kemasjid sholat dhuhur ya“
“baik
bu“ rozi < 12 th > anak ketiga dari tiga bersaudara sambil
mengunyah-ngunyah makanan terkhir yang masih tersisa di mulutnya ia men jawab
ibunya
“nikmah
dan doni dirumah aja jangan ikut kemasjid karna kalian masih kecil“
“iya
bu“ dengan wajah yang lucu meka menjawab singkat perintah sang ibu mereka
Sarung, kupia, baju koko sudah
lengkap rozi dengan wajah riang dia pergi ke masjid untuj melakaukan ibadah
sholat dhuhur.sesampenya di sana.
“e…
akukan belum berwudhu kata ustazd fahrur kan sholat seseorang itukan tidak sah
bila tanpa berwudhu. Wudhu dulu ah” tiba-tiba rozi teringgat kalau dirnya belum
wudhu. Diapun melepas semua peralatan sholatnya dan memakai serandal meli merah
hijaunya lalu ia menuju tempat wudhu yang jaraknya kurang lebih sepuluh meter dari masjid.
“Sholaatum
tum tum tum tum……apa ya?” rozi berjalan sambil geleng-geleng dan manggut-manggut
mendendangkan sholawat tapi dia lupa akan kelanjutan syiir sholawat yang ia
dendangkan. akhirya ia Cuma mendendangkan sholawat dengan syaiir seadanya yang
ia hafal.keenakan bergeleng-geleng dan manggut-manggut bersholawat ”bruk” ia
menabrak seseorang didepannya
“innalilahi
wa innailaihirojiun roz, rozi”fahrur pak ustazd yang mengajar ngaji rozi kaget
ter tabra diriya
“maaf
pak ustadz keenakan membaca sholawat jadi gak tau kalau pak ustadz ada di depan
saya” tanpa mengurangi rasa tawaduknya pada guru rozi meruduk cengar-cengir
meminta maaf atas kehilafannya.
“dah
sana cepat berwudhu ntar kamu telat lagi sholatnya” perintah pak fahrur pada
muridnya mendidik kedisiplinan pada muridnya.
“ya
pak ustadz permisi mohon liwat assalamualaikum” dengan rasa malu ia berjalan
pergi ber pamitan pada pak fahrur.
“Waalaikumsalam”
Basuhan demi basuhan pun ia lakukan untuk
menyempunakan wudhunya setelah selesai lalu ia beranjak kembali kemasjid
menunaikan sholat dhuhur.setelah takbir, niat rokaat demi rokaat sholat
dhuhurpun ia lakukan.
“assalamualaiku
warohmatullah. assalamualaiku warohmatullah” dua salam telah di ucapkan rozi
mertandakan usainya sholat dhuhur. Dia pun membaca wirid-wirid yang sudah
diajarkan oleh pak ustadz.semua wirid sudah dibacanya rozi mengangkat tangannya
yang hitam dan kurus itu keatas dia pun siap melontarkan do’a-do’anya.
“ya Allah yang maha pengasih lagi maha
penyayang ampunilah dosa-dosa ku dan dosa ke dua orang tuaku tempat kanlah ayah
ku ditempat yang mulya di sisih Mu, berikanlah ibuku ketabahan dan ketawakalan
atas semua cobaan Mu, bukakanlah pintu rizqi yang halal padanya kasihanilah
mereka sebagai mana mereka mengasihi ku dari waktu kecil sampe sekarang.ya
Allah berikan kejayaan dan ampunan pada umat islam didunia ini. Jadikanlah kami
anak-anak yang sholeh dan sholihah yang bisa membanggakan kedua orang tua kami.
Robbana atina fiddunya kasanah wafil akhirati kasanah washolallahu ‘ala
saiyidina Muhammad, Amin wal halhamdulillahirobilalamin”
“sholat
udah wirid udah berdo’a juga udah berarti sekarang waktunya aku pulang nea”
katanya dalam hati sambil menghitung apa yang sudah ia kerjakan dengan
jari-jarinya.
Diapun
berkemas-kemas pulang dengan seraldal melinya ia berjalan pulang sebelum dia
masuk kerumah diapun tak lupa mengucapkan salam.
“assalamualaikum”terdengar
sura cemeng si rozi dari dalam rumah
“wa’alaikumsalam
emas rozi udah ulang” dengan hangat kedua adik rozi menyambut
“dek
ibu dimana”
“ibu
disini nak, kamu dah pulan” jawab ibunya yang sedang menanak nasi didapur
mendengar rozi anaknya mencarinya
“iya
bu”jawabnya sambil berjalan bersama adek-adeknya menghampiri ibunya yang sedang
memasak di dekat ibu mereka rozi ditanya oleh ibunya
“tak
lupa tow kamu sesudah sholat berdo’a untuk ayah, ibu dan juga adek-adek kamu”
“tak
lupa dong bu kan aku sayang ibu, ayahdan adek” jawabnya sambil tersenyum di
depan sang ibu.
Sambil
menunggu tanaknya nasi sang ibu bertannya pada ke tiga anaknya tentang
keinginan dan cita-cita mereka
“setelah
kalian besar nanti kalian mau jadi apa”
“aku
mau jadi dokter” dengan mengangkat tangannya rozi anak pertama dari tiga bersau
dara mengatakan cita-citanya pada sang ibu. Disusul si nikmah anak bu khomsah
yang ke dua.
“kalau
aku mau jadi perawat biar bisa bantu mas rozi menyembuh kan pasien”
“kalau
doni mau jadi apa” Tanya bu khomsah pada si bungsu yang masih ber umur 4empat
tahun.
“kalau
adek mau jadi superman”
“lo
kok jadi super man” Tanya bu khomsah sambil tertawa.
“iya
biar bisa menolong bayak orang dan terbang…” sambil memeragakan gaya terbang
super man dengan tangan kanan melentang ke atas dan tangan kiri melipat ke dada
sibungsu berlari-lari mutar-mutar sambil bahagia, rozi dan nikmah yang melihat
adek mereka yang berlari-lari kayak super man tertawa gembira, sang ibu yang
melihat anaknya tertawa gembira ia haya tersenyum dan berkata dalam hatinya
“sungguh
mulia cita-cita kalian nak semoga Allah meridhoinya, karna tanpa ridho Allah
kita tak bisa apa-apa.
Terpancarlah
cahaya kasih sayang dan kebahagiaan dirumah bambu itu walupun mereka tak tau
apa yang akan mereka makan besok tapi Allah maha adil pasti Allah member makan
pada hambanya yang hidup di dunia ini. Itu keyakinan bu khomsah yang selama ini
di peganginya.dan alngkah mulianya hati seorang ibu pada anaknya kasih sayang
yang ia berikan tak pernah pudar dan tak pernah fana cinta dan kasih sayang pun
selalu kekal dalam hatinya, bagaikan rembulan menyinari malam yang gelap, seorang
anak tak mungkin bisa melihat keindahan alam semesta bila tanpa sinar kasih
sayang sang ibu dan tak ada seorang anak yang bisa membalas kebaikan sang ibu
kepadanya walaupun dia bisa memberikan dunia ini pada ibunya.
Oleh : fahrurozi
No comments:
Post a Comment