- MENGULIT KENANGAN –
Lukisan berjalan
setiap pagi yang begitu sedap dipandang
Yang
terpajang di depan mataku
Mengingatkan
aku di masa lalu
Masa dimana
aku seperti mereka yang masih terlalu pagi
Dan masih
memiliki banyak harapan dan cita-cita
Ketika
itu...
Aku masih
mengenakan atasan putih dan bawahan biru tua
Berjalan
menyisir jalanan penuh debu
Bernyanyi
dengan nyanyian senda gurau menghentikan putaran roda
Menari dalam
ruangan dengan tarian pena di atas kertas putih
Menghitung
jarak dengan tempuhan waktu mengelilingi lapangan
Bersama
membuat bentuk indah di tiap langkah
Namun di
saat ini...
Semua itu
tinggal bayang semu
Yang tak
mungkin dapat ku ulangi
Masa dimana
aku selalu menengadahkan tanganku ketika akan keluar rumah di pagi hari
Masa dimana
aku selalu merengek ketika belum dibelikan buku baru
Masa dimana
aku sering membuat kegaduhan di ruangan kelas
Masa dimana
aku bernaung di bawah daun pisang ketika hujan lebat
Masa dimana
aku meneteskan air mata ketika aku meminta mainan
Kini...
Aku hanya
sebuah siang menanti senja menjemput
Hanya
bayang-bayang yang semakin ke ufuk yang tak dapat ku rengkuh
Bukan ku
mengukir kisah lamaku
Namun aku
hanya mengulitkan kenangan yang telah tertulis
Rasa sesal
selalu di senja
Rentaku
semakin ku rasakan
Dan aku
sadar...
Ilmu adalah
sebuah pusaka
Umur adalah
sebuah wadah
Pusaka dan
wadah selalu kan bersanding
Wadahku kian
surut sedang pusaka yang aku dapatkan belum terlalu baik
Harapan yang
aku senandungkan di tiap langkahku
Semoga
mereka sebagai pagi penerus bangsa
Kan
menjadikan Dia Yang Menyatukan Hati Manusia
Sebagai
pedoman jalan hidup mereka
No comments:
Post a Comment