Friday 29 March 2013

PUISI MENGULIT KENANGAN


 - MENGULIT KENANGAN

Lukisan berjalan setiap pagi yang begitu sedap dipandang
Yang terpajang di depan mataku
Mengingatkan aku di masa lalu
Masa dimana aku seperti mereka yang masih terlalu pagi
Dan masih memiliki banyak harapan dan cita-cita

Ketika itu...
Aku masih mengenakan atasan putih dan bawahan biru tua
Berjalan menyisir jalanan penuh debu
Bernyanyi dengan nyanyian senda gurau menghentikan putaran roda
Menari dalam ruangan dengan tarian pena di atas kertas putih
Menghitung jarak dengan tempuhan waktu mengelilingi lapangan
Bersama membuat bentuk indah di tiap langkah

Namun di saat ini...
Semua itu tinggal bayang semu
Yang tak mungkin dapat ku ulangi
Masa dimana aku selalu menengadahkan tanganku ketika akan keluar rumah di pagi hari
Masa dimana aku selalu merengek ketika belum dibelikan buku baru
Masa dimana aku sering membuat kegaduhan di ruangan kelas
Masa dimana aku bernaung di bawah daun pisang ketika hujan lebat
Masa dimana aku meneteskan air mata ketika aku meminta mainan

Kini...
Aku hanya sebuah siang menanti senja menjemput
Hanya bayang-bayang yang semakin ke ufuk yang tak dapat ku rengkuh
Bukan ku mengukir kisah lamaku
Namun aku hanya mengulitkan kenangan yang telah tertulis
Rasa sesal selalu di senja
Rentaku semakin ku rasakan

Dan aku sadar...
Ilmu adalah sebuah pusaka
Umur adalah sebuah wadah
Pusaka dan wadah selalu kan bersanding
Wadahku kian surut sedang pusaka yang aku dapatkan belum terlalu baik
Harapan yang aku senandungkan di tiap langkahku
Semoga mereka sebagai pagi penerus bangsa
Kan menjadikan Dia Yang Menyatukan Hati Manusia
Sebagai pedoman jalan hidup mereka

No comments:

Post a Comment